Tekaje 123

Artikel belajar,Trik,dan Ilmu Pengetahuan.

Seberkas Cahaya Yang Hilang



Seberkas Cahaya Yang Hilang

Ayu Nilam Sari

Aku, Ayu Nilam Sari, gadis 16 Tahun yang duduk di kelas XI Disalah satu SMK di daerahku, Selain sekolah aku juga membantu orang tuaku dirumah sebagai operator warnet, tentu saja itu hal yang membosankan !hanya berteman dengan rangkaian computer dan orang-orang yang keluar masuk warnet. Aku seakan hanya berteman dengan alunan lagu itu, alunan lagu yang membuatku merasa semakin jauh denganmu. Aku tak pernah merasakan kembali hadirmu dalam setiap hari-hariku, semudah inikah semua hilang ?secepat inikah semua ini berlalu ?
Ingatkah kau dulu saat semerbak bunga masih menghiasi hubungan kita , saat bunga bermekaran disetiap pertemuan kita , iya itu memang dulu. Dulu kau yang selalu duduk disampingku saat aku sedang sibuk dengan orang-orang diwarnet, dulu kita yang bercanda tawa bersama bagaikan tak ada beban. Disini kursi yang sering kau jadikan tempat untuk menemaniku , sekarang bagaikan seonggok benda yang tak berarti, sesekali aku menengok ke arah kursi itu, aku masih berfikir ada kau disitu , mungkin memang bayangmu yang terlalu sulit untuk kulupakan.
Aku kembali menunduk disaat kurasa butiran bening mulai menggenang dipelupuk mata bundarku.Aku tak kuasa kembali mengenang masa-masa indah kita, masa masa dimana hanya kebahagiaan yang menemani hari-hari kita.Tidak !aku harus tegar, aku harus terlihat kuat dihapanmu , itu pikirku. Lalu aku mengusap kasar butiran bening yang perlahan jatuh dan mengalir membasahi pipiku.
“ kamu kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini. Ada masalah apa kamu nak ?” tegur ibuku sambil melihatku penuh tanda tanya. Aku mendongak menatap ibuku dan perlahan tersenyum kepadanya.“ aku tidak apa-apa bu, hanya sedikit ada masalah saja “. Perlahan aku meninggalkan meja operator dan berjalan menuju kamar “ Aku capek bu, aku mau tidur dulu ya “ kataku sambil berjalan menuju kamar tempat yang sangat menenangkanku.
Aku menutup pintu kamarku dan menguncinya.Aku menyandarkan kepalaku pada pintu yang telah tertutup rapat.Aku memejamkan kedua bola mataku, merasakan sesak yang tiba-tiba menghimpit dadaku.Perlahan cairan bening ini kembali menerobos melalui celah-celah mata terpejamku.Aku tak bisa menahannya, menahan air mata ini agar tetap bersembunyi pada bola mata bundarku. Aku tak bisa !seperti aku yang tak bisa menahan Daru agar tetap tersimpan dalam hatiku, setidaknya untuk sekedar mencurahkan semua kegelisahan dalam hatiku, sungguh aku tak bisa.
Daru Dwi Kuncoro, sosok laki-laki yang selalu memotivasi aku, yang selalu menemaniku disaat aku membutuhkannya, laki-laki idamanku yang tak mungkin lagi kudapati ada disampingku, tapi disisi lain dia juga yang mengubahku menjadi wanita lemah, yang hanya bisa menangis menghadapi semua ini, karena memang aku tak kan pernah kuasa menahan badai besar ini melanda kehidupanku terutama hubunganku dengannya, jujur aku tak kan pernah kuasa.
Perlahan kubuka kelopak mataku ini, dan mulai menghapus air mata yang telah menganak sungai dipipiku.Sebuah kotak yang tergeletak di atas meja belajar samping ranjang itu menarik perhatianku.Aku mulai berjalan mendekati kotak itu dan mengambilnya ku usap perlahan debu yang melapisi kotak itu dan membuka kotak yang berisi kenangan manisku bersama Daru.Benda pertama yang menarik perhatianku adalah selembar foto berisi dua insane remaja yang kelihatan begitu serasi. Terlihat sang gadis memandang laki-laki itu dengan mesra dan laki-laki itu hanya terpejam seolah tak menyadari bahwa gadis itu memandangnya, Ya itu aku dengan Daru.
Aku begitu merindukan saat-saat bersamamu, Daru. Aku mohon kembali padaku, aku janji jika kau mau kembali padaku kau boleh menertawaiku sepuasmu sebab hal-hal konyol yang aku lakukan, dan kau boleh memanggilku gendut seperti panggilan mu yang selalu mengejekku, tapi ayo !kembalilah padaku !! aku sangat membutuhkanmu Daru !! aku berteriak sekencang-kencangnya, aku menjerit dalam hatiku.
Cairan bening itu kembali terjatuh mengaliri pipiku. Semakin aku mengusapnya, semakin deras pula air mata yang mengalir, aku sungguh sangat merindukan hal itu kembali terjadi pada ku dan Daru .aku berbaring menatap langit-langit kamarku, pikiranku jauh melayang , kubiarkan air mata ini terjatuh percuma untuk daru.  Perlahan, rasa kantuk mulai melandaku, karena hari ini aku lelah sekali , baik lelah fisik maupun batinku yang hancur karena Daru. Akhirnya kuputuskan untuk kembali bersemayam ke mimpi, alam keduaku dan kembali menjalani aktifitasku ketika sang fajar mulai muncul.
Ketika burung mulai bernyanyi dan angin berbisik menyampaikan salam, aku terbangun dan menyadari bahwa pagi hari telah tiba dan aku harus bergegas untuk berangkat sekolah , sehancur apapun hatiku aku mencoba tegar didepan sahabat dan temanku yang tentunya tak ingin melihatku terus dalam kesedihan, aku pasti bisa !
Aku menatap pantulan diriku dalam cermin besar, mataku masih saja sembab setelah semalam aku terus menangis.Aku kecewa dengan orang-orang yang tega menyakitiku, aku kecewa dengan orang-orang yang tega menyakitiku.Aku kecewa dengan diriku sendiri yang hanya bisa merelakan cintaku pergi, hanya begitu saja merelakan daru pergi. Aku kecewa !aku lelah hadapi semua ini Tuhan ! peluk aku tuhan sebentar saja. Aku menarik nafas dalam-dalam seraya memejamkan kedua mataku.Meresapi setiap udara yang melintas lembut dirongga hidungku.Aku membuka kelopak mataku dan setelah kutemukan ketenangan dalam jiwaku aku memutuskan untuk berangkat sekolah.Tuhan teguhkan hatiku.
Bulan madu di awan biru
Tiada yang mengganggu
Bulan madu diatas pelangi
Hanya kita berdua
Nyanyikan lagu cinta , walau seribu duka
Kita tak kan terpisah. :’( :’(
Sepenggal lirik lagu yang menjadi favorit kita berdua, iya itu dulu !saat hadirnya masih menemani hariku, saat candanya masih menghiasi setiap senyumku. Mungkin itu tak kan pernah terulang lagi dalam hidupku. Entah apa yang membuatku tiba-tiba teringat lagu itu, seperti semua kenangan itu membisiki ku tentang sebuah untaian lirik lagu yang tak hanya terucap, namun juga tulus dari dasar hatiku maupun Daru, sekali lagi ITU DULU !
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong kelas yang sunyi sepi seakan tak berpenghuni, terlihat sahabatku dari ujung koridor yang mulai berjalan menghampiriku. Itu Tamara, sahabatku dari aku Smp sampai sekarang, dia hanya tersenyum dan berjalan bersamaku dalam diam, mungkin Tamara juga tau jika aku enggan untuk berbicara lantaran hatiku yang sedang sangat kacau.“ ayo dong semangat, mana nilam yang dulu periang selalu bikin temen-temen ketawa, masa iya jadi kaya gini. Jangan Cuma gara-gara satu cowok kamu jadi murung seperti ini” terdengar selalu Tamara yang tiada henti memberikan semangat kepadaku, dan lagi-lagi aku hanya membalas dengan senyuman pahit yang mungkin tidak diharapkannya.
Aku belum bisa menerima semua ini, dan mungkin tidak pernah bisa menerima, aku tak tau kenapa aku sebegitu sayangnya dengan Daru, sampai sangat-sangat susah sekali untuk menghilangkannya dari fikiranku, dan membiarkan fikiranku tenang sejenak tanpa memikirkannya.

            Bel pulangpun berbunyi, aku yang tiada semangat untuk hari inipun bergegas untuk pulang, dan ingin menghabiskan hari ini dengan berbaring di tempat tidur karena aku tak ingin terus mengingat hal yang akan membuatku terus terpuruk, aku tak pernah seperti ini sebelumnya, karena mungkin juga rasa yang ku berikan kepada seseorang sebelum Daru tak sebesar ini, banyak yang bilang aku sudah gila karena Daru, memang aku dibuat gila karena dia. Disaat aku sudah merasakan kenyamanan yang ku harapkan sejak dulu, kebersamaan yang telah dua tahun ku tunggu dan semuanya. Dia tiba-tiba pergi begitu saja, meninggalkan aku seolah-olah aku tak berarti apa-apa untuknya.Itu yang membuatku sampai seperti ini.
            Dua tahun yang lalu tepatnya 3 Juli 2012, aku dan Daru memulai kisah asmara kita. Mungkin itu kebahagiaan tersendiri untukku dan untuk Daru. Kita hampir setiap hari bertemu, hampir setiap hari saling bercanda bersama dan hampir setiap hari juga selalu bertatapan mata, masih teringat jelas tatapan matanya saat dia marah padaku, saat dia menatapku dan tersenyum, saat dia mengejekku, itu masih terekam jelas di memoriku. Tapi tak seperti yang kuharapkan saat awal pertama menjalin hubungan ini, kisahku dengan Daru tak berjalan lama, hanya 31 hari.Awalnya pun aku tak bisa menerima semua kenyataan jika aku harus berpisah dengannya, aku yang sudah terlanjur sayang dan menaruh sebuah harapan terus bersama dengannya tiba-tiba pupus ditengah jalan.Aku berontak, aku terus berkata pada Daru bahwa aku tak ingin semua itu terjadi, aku ingin terus bersamanya, aku tak ingin semua berakhir secepat ini.Hari demi hari terus berganti, aku selalu mencoba sabar dan menerima semua ini, dan pada akhirnya aku pasrah atas semua yang telah aku terima saat ini.Aku memutuskan untuk menemui daru. Ya dia masih saja seperti dulu, lesung di pipinya membuatnya semakin tampan, suaranya yang dulu selalu menyanyikan lagu-lagu indah untukku kini kembali ku dengar, aku hanya menatapnya dan berkata  “ Aku bisa menerima semua ini ru, tapi satu keinginanku, jangan pernah lupakan kisah kita.!” Lalu aku tertunduk lagi , karena kurasa kelopak mataku hampir tak mampu menopang cairan bening yang hendak terjatuh ini. “ Iya, aku tak mungkin melupakan semua ini. Walaupun kita gak bisa bersatu lagi setidaknya kita masih bisa sahabatan, gak mungkin juga kita musuhan , kita tiap hari kumpul bareng dan ketawa bareng. Maaf ya aku gak bermaksud nyakitin kamu”.Jatuh, ya cairan bening ini jatuh dihadapannya, sebenarnya aku tak ingin memperlihatkan kepadanya jika aku ini lemah, aku kuat, aku bisa menerima semua ini.Tapi itu hanya harapanku, kenyataannya tak seperti yang ku harapkan, aku terlalu lemah untuk semua ini, aku terlalu rapuh.
            Hari terus berganti, dan hatiku masih tetap sama. Kasih yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa, hatiku masih saja untuk Daru, walaupun aku tak berharap lebih, karena aku tau sifat Daru, dia keras dan sangat memegang teguh pendiriannya, semakin dia dipaksa semakin keras juga perlawanannya. Dan aku tetap menjalani ini semua seperti angin yang berhembus setiap harinya dan air yang tetap mengalir. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya, tertawa bersamanya bernyanyi bersamanya, ya sama persis saat kita pacaran dulu, tapi disini kita sudah tidak dapat seperti dulu, seperti ada jarak yang menghalangi kita, seperti ada tembok besar yang membuat kita tak seperti dulu saat pacaran. Ya karena status kita sekarang sudah berbeda, hanya sebatas sahabat .
            Aku terus berjalan dalam ketidakpastian yang aku rasakan, aku terus menunggu ketidakpastian ini,  dan ternyata Daru sudah dapat penggantiku. Mungkin tanpa kuperjelas semua sudah tau betapa hancurnya aku, Anggun, mungkin saat ini dia yang dapat merebut hati Daru dan dia wanita yang beruntung bisa menaklukan hati Daru.Jujur sebenarnya aku cemburu dengan dia, kenapa dia bisa meluluhkan hati Daru sedangkan aku tidak. Aku yang hamper setiap detik berjuang untuk mendapatkannya kembali pun tak bisa mengembalikan hati Daru untukku. Tampak jelas mereka berdua sangat menyayangi satu sama lain, sama persis saat bersamaku dulu. Kasih sayang, perhatian bahkan kata-kata mesra yang diucapkan daru semuanya pernah kurasakan, aku seperti melihat kembali perhatian daru, mesranya sosok daru terhadap kekasihnya, tapi kali ini lain, hanya sakit yang kurasa setiap melihatnya, memang sangat beda dan hamper bertolak belakang dengan dulu, karena semua itu bukan untukku.
            Menghela nafas panjang, dan aku mencoba menopang air mataku yang hampir jatuh di hadapanku, aku melihat sosok orang yang dulu selalu menggandeng erat tanganku, yang selalu menatapku penuh sayang, kini dihadapanku dia menggandeng orang lain, tanpa alasan langkahku terhenti melihat mereka berdua yang nampak bahagia.Tuhan aku tidak akan pernah rela semua ini terjadi, Daru milikku Tuhan. Dadaku serasa sesak semua amarahku berontak didalam dadaku, ingin rasanya aku meluapkan semua ini dihadapannya, tapi aku tak kan pernah sanggup. Aku terlalu lemah untuk semua ini.Kudirikan tubuh yang tadi sempat tersesat dalam perasaan mendalam.Biar kusudahi khayalan dan harapan hari ini.Tanganku ini terlalu kecil untuk mendekap bulan.
Langit seakan tau betapa pedihnya hatiku, dengan hujan yang baru saja menjejakkan kakinya di bumi.Hatiku yang letih masih basah oleh embun-embunnya. Dedaunan tampak segar hijau merona. Tapi tidak dengan perasaanku yang masih layu.Hatiku tersesat bagai berdayung di tengah lautan seorang diri.Aku memandang ke seluruh penjuru arah, tapi ku hanya menatap bagian tanpa pembatas.
          Di kesunyiaan malam yang pekat tanpa bintang, tiba tiba secercah cahaya lewat di pandangan mata yang kini mulai semakin sembab. Ternyata itu Daru, karena jarak rumahku dan daru hanya terpisah oleh beberapa rumah saja,hampir setiap hari kita bertemu dan bercanda,Duduk bersama dengan teman-teman di depan rumahku, sesekali aku memandang Daru dan merasakan sesuatu yang lagi lagi membuatku sakit, kenapa aku tidak bisa memiliki orang yang saat ini didepanku, itu bisik ku dalam hati. Aku bahkan seperti tak mempunyai beban apapun saat didekatnya, aku seperti tak menyimpan rasa kecewa yang saat ini aku rasakan.Aku menyembunyikan semua ini, aku ingin tetap terlihat ceria seperti aku yang dulu.
            Hingga saat bahagia Daru tepatnya 05 Juli 2014, seperti tahun tahun sebelumnya, aku selalu memberi sesuatu dihari ulang tahun Daru, tapi kali ini ada yang lain, aku merasa ulang tahunnya kali ini berbeda, entah apa yang membuat hari ini berbeda. Sejak pagi aku menyiapkan semuanya, aku membuat kue yang khusus untuk Daru, aku juga sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untuknya. Tapi yang membuatku kecewa, kue yang ku siapkan untuknya tidak bisa dimakan, ya bisa dikatakan gosong -_-. Akhirnya aku hanya memberikan bingkisan itu. Tepat setelah Daru pulang kerja aku menemuinya, seperti biasanya dia selalu bersama teman-temannya, dan juga termasuk teman-temanku. Awalnya aku sempat malu untuk mengucapkan di depan teman-temanku dan Daru, tapi akhirnya aku tetap mengucapkannya. Terlihat ada sebuah bingkisan yang sudah terbungkus rapi ditanganku. Aku melihatnya dan menatap matanya “ Selamat ulang tahun ya, semoga tambah segalanya, sukses kerjanya dan tercapai semua keinginanmu.” Sepenggal untaian do’aku mengiringi bertambahnya usia Daru, aku tak tau apa yang kurasakan, aku merasa sangat canggung untuk menatap matanya. “ Terimakasih ya, udah nyiapin ini semua buat aku, sebenernya diucapin aja udah cukup kok tapi terimakasih ya kadonya.”. hatiku terasa sejuk saat mendengarkan untaian kata yang manis dari mulut daru, goresan senyuman hangat daru membuatku semakin tak sanggup kehilangannya.
            Aku pulang dengan perasaan yang sangat bahagia, akhirnya aku bisa menghabiskan malam dengan daru. Alhamdulillah Tuhan menyatukan aku dan Daru lagi, tepat diusianya 19 tahun. Daru baru menyadari betapa besarnya rasaku terhadapnya, mungkin tuhan mengajarkanku untuk lebih sabar dengan hasil yang seperti ini, yang sangat tidak pernah ku sangka,  05 juli 2014 dia datang bagaikan hujan yang membasahi ladang yang sedang sekarat menanti kematian. Tiba-tiba perasaan yang hampir 2 tahun lebih ini kupendam seketika muncul kembali, seperti ada yang menghidupkan rasaku yang hampir mati. Ya tuhan inikah jawaban atas do’aku, aku tersenyum lebar, kutemukan kembali kebahagiaan yang telah lama hilang dan pudar seiring bergantinya waktu. Saat ini aku tak bisa mengungkapkan bagaimana bahagianya hatiku, aku kembali bersama sosok laki-laki yang sangat aku sayangi.
“ Takdir Cinta yang menuntunmu Kembali Padaku “, satu kata yang pertama kali ku ucapkan kepada Daru. Hari terus berganti berbeda dengan hariku sebelumnya, tak pernah ada tangis dalam hariku, mataku tak lagi sembab karena Daru, yang aku tau hanya ada senyum kebahagian disetiap hariku. Tapi ada sedikit konflik di tengah-tengah kebahagiaanku itu. Saat malam takbiran aku , Daru dan teman-teman sudah merencanakan untuk pergi bersama, tapi saat aku baru sampai ditempat teman-temanku berkumpul, aku melihat sosok wanita yang pernah ada dihati Daru, yaitu Anggun, kenapa harus ada anggun disini. Apa maksut semua ini ? “ aku mau pulang, aku gak ikut aja.” Aku hanya mengucapkan itu lalu aku pergi disuatu tempat, tanpa ada senyum di hadapan Daru. “ Kamu dimana ? kamu kenapa kok tiba-tiba pergi kayak gitu ? ada apa ? “ Daru mengirimiku sms seperti itu, aku hanya gak menyangka kenapa ada Anggun. “ Aku gapapa, kamu pergi aja sama anak-anak, toh ada mantanmu juga. Aku takutnya ganggu kamu.” Jawabku.
            Setalah aku mengirim sms itu daru datang menghampiri aku, aku hanya memalingkan muka dan menyembunyikan mukaku yang terlihat sangat kecewa. “ Maaf yang, aku gak tau kalau ada dia, aku juga gak tau apa maksut anak-anak ngajak dia, sumpah aku gak bermaksut bikin kamu kecewa dan nangis kayak gini, maafin aku.” Itu kata-kata yang diucapkan Daru kepadaku, tapi tak sepatah katapun ku keluarkan dari mulutku yang terlanjur terbungkam. “Ayo lah yang, kita gak usah anggap dia ada, kita pergi sama anak-anak aja gak usah sama dia, ayo yang.”. daru terus membujukku untuk pergi. “ kamu itu gak tau rasanya jadi aku, kamu tau aku gak suka sama anggun, kenapa kita dipertemukan terus di ajak pergi bareng, seharusnya kalian mikir, udah aku gak ikut,”. Jawabku dengan nada yang sangat kesal. Jelas saja aku kesal dan menangis, aku merasa anak-anak mengingatkan daru kembali ke masa lalunya. Akhirnya anak-anak pergi sendiri tanpa aku dan Daru. Akhirnya aku dan daru memutuskan untuk pergi berdua tanpa teman-teman lainnya, awalnya aku masih kesal dengan kejadian malam ini, tapi tak tau mengapa Daru akhirnya mampu juga meluluhkan hatiku. Kata maaf yang terus terucap tentu saja membuatku akhirnya luluh, ucapan lembut dari mulutnya pun tak kan membuatku tetap angkuh. Akhirnya malam takbiran ini terlewatkan dengan sedikit kekecewaan yang hampir tak terlihat, aku sangat menikmati malam ini bersama daru walaupun hanya berdua tidak dengan teman yang lainnya seperti rencana di awal.
            Hingga suatu masalah melanda hubunganku, sampai membuat daru hampir memutuskan hubungan kita. Berawal dari ulahku sendiri memang, aku terlalu menyepelakan Daru. Saat daru sedang bekerja, kebetulan Uzy seseorang yang pernah dekat denganku mengajakku untuk keluar, sekedar membeli jus bersamaku, awalnya aku hendak menolak ajakannya, tapi aku berfikir jika hanya sekedar teman pasti Daru juga tidak akan marah. Lalu aku pergi bersama uzy, saat pulang tanpa kusadari Daru melihatku dengan Uzy. Daru langsung datang kerumahku dan marah-marah. Jelas saja Daru menilaiku seorang wanita yang matre, Uzi yang terbilang lebih tampan dari Daru dan mempunyai motor Ninja 4 tak pasti saja semua wanita tak kan menolak ajakan uzy. Hingga akhirnya aku dan Daru terlibat pertengkaran yang sangat besar, Daru tak sedikitpun mendengarkan penjelasanku. Tapi akhirnya Daru memaafkanku dengan segala usahaku memohon padanya. Alhamdulillah ya sesuatu :D J
            Tapi semenjak kejadian itu, aku merasa ada yang berbeda disikap Daru padaku, aku merasa dia semakin menjauh , menjauh dalam arti perhatian yang diberikan padaku seakan berkurang. Aku merasa semua ini sangat tidak nyaman, pernah berfikir untuk bertanya pada Daru, tapi aku takut dia salah pengertian dengan pertanyaanku. Awalnya aku tetap bersikap biasa pada Daru tentang perubahannya, aku berfikir dengan salah satu ucapannya disaat kami bertengkar dulu, “aku ngeliat kamu pergi sama cowok lain aja, sayangku ke kamu udah ilang, jadi gak usah kayak gini lagi.”. aku terdiam dan berfikir, apa mungkin rasa sayang dia ke aku sudah benar-benar hilang, sampai dia berubah sangat drastis seperti ini ? semoga saja tidak.
            Tiba-tiba ada masalah besar yang lagi-lagi menerpa hubunganku, ada salah satu wanita, entah itu siapa aku pun sampai detik ini tidak mengetahuinya. Dia mengirim sms padaku yang berisi “ ini ayu ya, pacarnya daru ? udah deh tinggalin aja daru, dia itu udah gak sayang kamu, dia itu masih sayang sama anggun, bukan kamu, dia pacaran sama kamu juga terpaksa.” Aku gak tau apa maksut semua itu, sampai aku bertanya ke Daru, tapi tidak seperti yang ku bayangkan , dia malah marah-marah padaku dan berkata bahwa aku ini hanya bisa marah dan curiga pada daru, menurutku wanita manapun jika ada masalah seperti ini pasti saja curiga, bukan hanya aku. Tapi kenyataannya malah sebaliknya.
            Hingga kata-kata yang tak pernah ku harapkan terucap kembali, setelah pertengkaran hebat kami. Daru langsung datang kerumahku, dia kelihatan kesal dan marah sekali kepadaku, dia mengajakku keluar dan bicara empat mata di depan rumah “ sekarang mau kamu gimana ?  “ Tanya daru terhadapku. “ aku gak mau gimana-gimana , aku Cuma pengen kamu jelasin apa maksud semua ini ?.” aku hanya menunduk dan tak sedikitpun menatap daru. “ jadi intinya kamu gak pernah percaya kan sama aku, kamu selalu nuduh aku dan mincing masalah supaya kita berantem. Udah aku capek, kita udahan aja, aku capek berantem terus. Maaf aku kayak gini, aku sebenrnya sayang kamu, tapi jujur aku capek berantem.” Daru langsung saja meninggalkanku tanpa senyum sedikitpun. Tanpa kata hujan deras membasahi pipiku, dadaku sesak seakan tak dapat menghela nafas, mengapa kejadian ini terulang lagi, dan lagi-lagi aku ditinggalkan oleh orang yang sangat sangat aku sayangi. L
            Rintik hujan seakan menjadi teman disaat gelap menyelimuti.Disaat aku terfokus pada suatu hal yang membuatku bimbang, rasa sakit yang kesekian kalinya kau tancapkan dalam relung hatiku yang sudah sangat rapuh karenamu.Dinginnya angin malam berhembus pelan menyapu lekuk wajah senduku.Aku tak menghiraukan seberapa menggigilnya aku saat ini, orang yang aku inginkan menghangatkan hatiku, kini telah pergi dan hanya menyisakan puing kehancuran dalam hatiku.Aku mendongak menatap kelamnya langit malam.Gelap !! Ya hanya gelap, sama seperti hatiku saat ini. Aku tersenyum miris, kurasakan mataku memanas dan mengeluarkan tetes demi tetes cairan bening, saksi kepedihan hatiku yang kian membara.
Entah sudah berapa tetes air mata yang ku keluarkan, aku tak peduli !Hatiku terlanjur perih.Ketegaran yang telah kubangun, runtuh dalam hitungan detik. Aku bahkan tak mampu menopang beban tubuhku sendiri saat kata-kata itu terucap dari mulutmu , dari mulut yang ku tahu tak pernah berdusta dihadapanku. Aku menekuk kedua lututku dan menenggelamkan wajahku. Menangis…hanya menangis yang mampu kulakukan, jangankan untuk berucap dan mencegahmu pergi, untuk membuka matapun aku tak kuasa, aku tau aku tak kan pernah bisa merelakanmu pergi meninggalkan jutaan kenangan yang telah kita rajut selama ini, tetes demi tetes cairan bening itu mengalir semakin deras disela-sela kelopak mataku yang terpejam, walaupun aku tau semua itu tak kan membuat cintaku kembali.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Sepenggal lirik lagu yang menjadi favorit sekaligus teman setiaku saat ini, setelah seberkas cahaya itu menghilang, seberkas cahaya yang selalu temani aku dalam suasana apapun dan dalam keadaan bagaimanapun diriku, yang aku tahu hanya dia yang selalu ada untukku.Tapi itu dulu, sebelum badai besar melanda hubungan kami dan akhirnya hancur.
            Hingga detik ini aku masih mempertahankan hatiku untuk daru, walaupun aku tak tau akhirnya aku akan kembali dengannya atau tidak. Yang pasti aku masih ingin bertahan seperti dua tahun yang lalu, aku masih ingin menunggunya kembali bersamaku, melewati setiap hari bersama. “ Aku kan tetap menunggu hingga batas sang waktu tak lagi berputar. Sampai denyut nadi terhenti ku tetap selalu menanti seisi hatiku untukmu. “. Penggalan lirik itu menjadi motivasi bagiku untuk tetap mempertahankan rasa yang selama ini aku perjuangkan untuk daru. Dan yang pasti tidak ada kata lelah untuk menyayangi seseorang yang selalu membuat hati dan hidup kita bahagia J.

 
Copyright © 2014 - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info