Seberkas Cahaya Yang Hilang
Ayu Nilam Sari
Aku, Ayu Nilam Sari, gadis 16 Tahun yang duduk di kelas
XI Disalah satu SMK di daerahku, Selain sekolah aku juga membantu orang tuaku
dirumah sebagai operator warnet, tentu saja itu hal yang membosankan !hanya
berteman dengan rangkaian computer dan orang-orang yang keluar masuk warnet.
Aku seakan hanya berteman dengan alunan lagu itu, alunan lagu yang membuatku
merasa semakin jauh denganmu. Aku tak pernah merasakan kembali hadirmu dalam
setiap hari-hariku, semudah inikah semua hilang ?secepat inikah semua ini
berlalu ?
Ingatkah kau dulu saat semerbak bunga masih menghiasi
hubungan kita , saat bunga bermekaran disetiap pertemuan kita , iya itu memang
dulu. Dulu kau yang selalu duduk disampingku saat aku sedang sibuk dengan
orang-orang diwarnet, dulu kita yang bercanda tawa bersama bagaikan tak ada
beban. Disini kursi yang sering kau jadikan tempat untuk menemaniku , sekarang
bagaikan seonggok benda yang tak berarti, sesekali aku menengok ke arah kursi
itu, aku masih berfikir ada kau disitu , mungkin memang bayangmu yang terlalu
sulit untuk kulupakan.
Aku kembali menunduk disaat kurasa butiran bening mulai
menggenang dipelupuk mata bundarku.Aku tak kuasa kembali mengenang masa-masa
indah kita, masa masa dimana hanya kebahagiaan yang menemani hari-hari
kita.Tidak !aku harus tegar, aku harus terlihat kuat dihapanmu , itu pikirku.
Lalu aku mengusap kasar butiran bening yang perlahan jatuh dan mengalir
membasahi pipiku.
“ kamu kenapa? Tidak biasanya kamu seperti ini. Ada
masalah apa kamu nak ?” tegur ibuku sambil melihatku penuh tanda tanya. Aku
mendongak menatap ibuku dan perlahan tersenyum kepadanya.“ aku tidak apa-apa
bu, hanya sedikit ada masalah saja “. Perlahan aku meninggalkan meja operator
dan berjalan menuju kamar “ Aku capek bu, aku mau tidur dulu ya “ kataku sambil
berjalan menuju kamar tempat yang sangat menenangkanku.
Aku menutup pintu kamarku dan menguncinya.Aku
menyandarkan kepalaku pada pintu yang telah tertutup rapat.Aku memejamkan kedua
bola mataku, merasakan sesak yang tiba-tiba menghimpit dadaku.Perlahan cairan
bening ini kembali menerobos melalui celah-celah mata terpejamku.Aku tak bisa
menahannya, menahan air mata ini agar tetap bersembunyi pada bola mata
bundarku. Aku tak bisa !seperti aku yang tak bisa menahan Daru agar tetap
tersimpan dalam hatiku, setidaknya untuk sekedar mencurahkan semua kegelisahan
dalam hatiku, sungguh aku tak bisa.
Daru Dwi Kuncoro, sosok laki-laki yang selalu memotivasi
aku, yang selalu menemaniku disaat aku membutuhkannya, laki-laki idamanku yang
tak mungkin lagi kudapati ada disampingku, tapi disisi lain dia juga yang
mengubahku menjadi wanita lemah, yang hanya bisa menangis menghadapi semua ini,
karena memang aku tak kan pernah kuasa menahan badai besar ini melanda
kehidupanku terutama hubunganku dengannya, jujur aku tak kan pernah kuasa.
Perlahan kubuka kelopak mataku ini, dan mulai menghapus
air mata yang telah menganak sungai dipipiku.Sebuah kotak yang tergeletak di
atas meja belajar samping ranjang itu menarik perhatianku.Aku mulai berjalan
mendekati kotak itu dan mengambilnya ku usap perlahan debu yang melapisi kotak
itu dan membuka kotak yang berisi kenangan manisku bersama Daru.Benda pertama
yang menarik perhatianku adalah selembar foto berisi dua insane remaja yang
kelihatan begitu serasi. Terlihat sang gadis memandang laki-laki itu dengan
mesra dan laki-laki itu hanya terpejam seolah tak menyadari bahwa gadis itu
memandangnya, Ya itu aku dengan Daru.
Aku begitu merindukan saat-saat bersamamu, Daru. Aku
mohon kembali padaku, aku janji jika kau mau kembali padaku kau boleh
menertawaiku sepuasmu sebab hal-hal konyol yang aku lakukan, dan kau boleh
memanggilku gendut seperti panggilan mu yang selalu mengejekku, tapi ayo
!kembalilah padaku !! aku sangat membutuhkanmu Daru !! aku berteriak
sekencang-kencangnya, aku menjerit dalam hatiku.
Cairan bening itu kembali terjatuh mengaliri pipiku.
Semakin aku mengusapnya, semakin deras pula air mata yang mengalir, aku sungguh
sangat merindukan hal itu kembali terjadi pada ku dan Daru .aku berbaring
menatap langit-langit kamarku, pikiranku jauh melayang , kubiarkan air mata ini
terjatuh percuma untuk daru. Perlahan,
rasa kantuk mulai melandaku, karena hari ini aku lelah sekali , baik lelah
fisik maupun batinku yang hancur karena Daru. Akhirnya kuputuskan untuk kembali
bersemayam ke mimpi, alam keduaku dan kembali menjalani aktifitasku ketika sang
fajar mulai muncul.
Ketika burung mulai bernyanyi dan angin berbisik
menyampaikan salam, aku terbangun dan menyadari bahwa pagi hari telah tiba dan
aku harus bergegas untuk berangkat sekolah , sehancur apapun hatiku aku mencoba
tegar didepan sahabat dan temanku yang tentunya tak ingin melihatku terus dalam
kesedihan, aku pasti bisa !
Aku menatap pantulan diriku dalam cermin besar, mataku
masih saja sembab setelah semalam aku terus menangis.Aku kecewa dengan
orang-orang yang tega menyakitiku, aku kecewa dengan orang-orang yang tega
menyakitiku.Aku kecewa dengan diriku sendiri yang hanya bisa merelakan cintaku
pergi, hanya begitu saja merelakan daru pergi. Aku kecewa !aku lelah hadapi
semua ini Tuhan ! peluk aku tuhan sebentar saja. Aku menarik nafas dalam-dalam
seraya memejamkan kedua mataku.Meresapi setiap udara yang melintas lembut
dirongga hidungku.Aku membuka kelopak mataku dan setelah kutemukan ketenangan
dalam jiwaku aku memutuskan untuk berangkat sekolah.Tuhan teguhkan hatiku.
Bulan madu di awan
biru
Tiada yang mengganggu
Bulan madu diatas
pelangi
Hanya kita berdua
Nyanyikan lagu cinta
, walau seribu duka
Kita tak kan
terpisah. :’( :’(
Sepenggal lirik lagu yang menjadi favorit kita berdua,
iya itu dulu !saat hadirnya masih menemani hariku, saat candanya masih
menghiasi setiap senyumku. Mungkin itu tak kan pernah terulang lagi dalam
hidupku. Entah apa yang membuatku tiba-tiba teringat lagu itu, seperti semua
kenangan itu membisiki ku tentang sebuah untaian lirik lagu yang tak hanya
terucap, namun juga tulus dari dasar hatiku maupun Daru, sekali lagi ITU DULU !
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong kelas yang sunyi
sepi seakan tak berpenghuni, terlihat sahabatku dari ujung koridor yang mulai
berjalan menghampiriku. Itu Tamara, sahabatku dari aku Smp sampai sekarang, dia
hanya tersenyum dan berjalan bersamaku dalam diam, mungkin Tamara juga tau jika
aku enggan untuk berbicara lantaran hatiku yang sedang sangat kacau.“ ayo dong
semangat, mana nilam yang dulu periang selalu bikin temen-temen ketawa, masa
iya jadi kaya gini. Jangan Cuma gara-gara satu cowok kamu jadi murung seperti
ini” terdengar selalu Tamara yang tiada henti memberikan semangat kepadaku, dan
lagi-lagi aku hanya membalas dengan senyuman pahit yang mungkin tidak
diharapkannya.
Aku belum bisa menerima semua ini, dan mungkin tidak
pernah bisa menerima, aku tak tau kenapa aku sebegitu sayangnya dengan Daru,
sampai sangat-sangat susah sekali untuk menghilangkannya dari fikiranku, dan
membiarkan fikiranku tenang sejenak tanpa memikirkannya.
Bel pulangpun berbunyi, aku yang
tiada semangat untuk hari inipun bergegas untuk pulang, dan ingin menghabiskan
hari ini dengan berbaring di tempat tidur karena aku tak ingin terus mengingat
hal yang akan membuatku terus terpuruk, aku tak pernah seperti ini sebelumnya,
karena mungkin juga rasa yang ku berikan kepada seseorang sebelum Daru tak
sebesar ini, banyak yang bilang aku sudah gila karena Daru, memang aku dibuat
gila karena dia. Disaat aku sudah merasakan kenyamanan yang ku harapkan sejak
dulu, kebersamaan yang telah dua tahun ku tunggu dan semuanya. Dia tiba-tiba
pergi begitu saja, meninggalkan aku seolah-olah aku tak berarti apa-apa
untuknya.Itu yang membuatku sampai seperti ini.
Dua tahun yang lalu tepatnya 3 Juli
2012, aku dan Daru memulai kisah asmara kita. Mungkin itu kebahagiaan
tersendiri untukku dan untuk Daru. Kita hampir setiap hari bertemu, hampir
setiap hari saling bercanda bersama dan hampir setiap hari juga selalu
bertatapan mata, masih teringat jelas tatapan matanya saat dia marah padaku,
saat dia menatapku dan tersenyum, saat dia mengejekku, itu masih terekam jelas
di memoriku. Tapi tak seperti yang kuharapkan saat awal pertama menjalin
hubungan ini, kisahku dengan Daru tak berjalan lama, hanya 31 hari.Awalnya pun
aku tak bisa menerima semua kenyataan jika aku harus berpisah dengannya, aku
yang sudah terlanjur sayang dan menaruh sebuah harapan terus bersama dengannya
tiba-tiba pupus ditengah jalan.Aku berontak, aku terus berkata pada Daru bahwa
aku tak ingin semua itu terjadi, aku ingin terus bersamanya, aku tak ingin
semua berakhir secepat ini.Hari demi hari terus berganti, aku selalu mencoba
sabar dan menerima semua ini, dan pada akhirnya aku pasrah atas semua yang
telah aku terima saat ini.Aku memutuskan untuk menemui daru. Ya dia masih saja
seperti dulu, lesung di pipinya membuatnya semakin tampan, suaranya yang dulu
selalu menyanyikan lagu-lagu indah untukku kini kembali ku dengar, aku hanya
menatapnya dan berkata “ Aku bisa
menerima semua ini ru, tapi satu keinginanku, jangan pernah lupakan kisah
kita.!” Lalu aku tertunduk lagi , karena kurasa kelopak mataku hampir tak mampu
menopang cairan bening yang hendak terjatuh ini. “ Iya, aku tak mungkin
melupakan semua ini. Walaupun kita gak bisa bersatu lagi setidaknya kita masih
bisa sahabatan, gak mungkin juga kita musuhan , kita tiap hari kumpul bareng
dan ketawa bareng. Maaf ya aku gak bermaksud nyakitin kamu”.Jatuh, ya cairan
bening ini jatuh dihadapannya, sebenarnya aku tak ingin memperlihatkan
kepadanya jika aku ini lemah, aku kuat, aku bisa menerima semua ini.Tapi itu
hanya harapanku, kenyataannya tak seperti yang ku harapkan, aku terlalu lemah
untuk semua ini, aku terlalu rapuh.
Hari terus berganti, dan hatiku
masih tetap sama. Kasih yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim
dan peristiwa, hatiku masih saja untuk Daru, walaupun aku tak berharap lebih,
karena aku tau sifat Daru, dia keras dan sangat memegang teguh pendiriannya,
semakin dia dipaksa semakin keras juga perlawanannya. Dan aku tetap menjalani
ini semua seperti angin yang berhembus setiap harinya dan air yang tetap
mengalir. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya, tertawa bersamanya
bernyanyi bersamanya, ya sama persis saat kita pacaran dulu, tapi disini kita
sudah tidak dapat seperti dulu, seperti ada jarak yang menghalangi kita,
seperti ada tembok besar yang membuat kita tak seperti dulu saat pacaran. Ya
karena status kita sekarang sudah berbeda, hanya sebatas sahabat .
Aku terus berjalan dalam
ketidakpastian yang aku rasakan, aku terus menunggu ketidakpastian ini, dan ternyata Daru sudah dapat penggantiku.
Mungkin tanpa kuperjelas semua sudah tau betapa hancurnya aku, Anggun, mungkin
saat ini dia yang dapat merebut hati Daru dan dia wanita yang beruntung bisa
menaklukan hati Daru.Jujur sebenarnya aku cemburu dengan dia, kenapa dia bisa
meluluhkan hati Daru sedangkan aku tidak. Aku yang hamper setiap detik berjuang
untuk mendapatkannya kembali pun tak bisa mengembalikan hati Daru untukku.
Tampak jelas mereka berdua sangat menyayangi satu sama lain, sama persis saat
bersamaku dulu. Kasih sayang, perhatian bahkan kata-kata mesra yang diucapkan
daru semuanya pernah kurasakan, aku seperti melihat kembali perhatian daru,
mesranya sosok daru terhadap kekasihnya, tapi kali ini lain, hanya sakit yang
kurasa setiap melihatnya, memang sangat beda dan hamper bertolak belakang
dengan dulu, karena semua itu bukan untukku.
Menghela nafas panjang, dan aku
mencoba menopang air mataku yang hampir jatuh di hadapanku, aku melihat sosok
orang yang dulu selalu menggandeng erat tanganku, yang selalu menatapku penuh
sayang, kini dihadapanku dia menggandeng orang lain, tanpa alasan langkahku
terhenti melihat mereka berdua yang nampak
bahagia.Tuhan aku tidak akan pernah
rela semua ini terjadi, Daru milikku Tuhan. Dadaku serasa sesak semua amarahku berontak didalam dadaku, ingin rasanya
aku meluapkan semua ini dihadapannya, tapi aku tak kan pernah sanggup. Aku
terlalu lemah untuk semua ini.Kudirikan
tubuh yang tadi sempat tersesat dalam perasaan mendalam.Biar kusudahi khayalan
dan harapan hari ini.Tanganku ini terlalu kecil untuk mendekap bulan.
Langit seakan tau betapa
pedihnya hatiku, dengan hujan yang baru saja menjejakkan kakinya di bumi.Hatiku
yang letih masih basah oleh embun-embunnya. Dedaunan tampak segar hijau merona.
Tapi tidak dengan perasaanku yang masih layu.Hatiku tersesat bagai berdayung di
tengah lautan seorang diri.Aku memandang ke seluruh penjuru arah, tapi ku hanya
menatap bagian tanpa pembatas.
Di kesunyiaan malam yang pekat tanpa bintang,
tiba tiba secercah cahaya lewat di pandangan mata yang kini mulai semakin
sembab. Ternyata itu Daru, karena jarak rumahku dan daru hanya terpisah oleh beberapa
rumah saja,hampir setiap hari kita bertemu dan bercanda,Duduk bersama dengan teman-teman di depan rumahku, sesekali
aku memandang Daru dan merasakan sesuatu yang lagi lagi membuatku sakit, kenapa
aku tidak bisa memiliki orang yang saat ini didepanku,
itu bisik ku dalam hati. Aku bahkan seperti tak mempunyai beban apapun saat
didekatnya, aku seperti tak menyimpan rasa kecewa yang saat ini aku rasakan.Aku
menyembunyikan semua ini, aku ingin tetap terlihat ceria seperti aku yang dulu.
Hingga
saat bahagia Daru tepatnya 05 Juli 2014, seperti tahun tahun sebelumnya, aku
selalu memberi sesuatu dihari ulang tahun Daru, tapi kali ini ada yang lain,
aku merasa ulang tahunnya kali ini berbeda, entah apa yang membuat hari ini
berbeda. Sejak pagi aku menyiapkan semuanya, aku membuat kue yang khusus untuk
Daru, aku juga sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untuknya. Tapi yang
membuatku kecewa, kue yang ku siapkan untuknya tidak bisa dimakan, ya bisa
dikatakan gosong -_-. Akhirnya aku hanya memberikan bingkisan itu. Tepat
setelah Daru pulang kerja aku menemuinya, seperti biasanya dia selalu bersama
teman-temannya, dan juga termasuk teman-temanku. Awalnya aku sempat malu untuk
mengucapkan di depan teman-temanku dan Daru, tapi akhirnya aku tetap
mengucapkannya. Terlihat ada sebuah bingkisan yang sudah terbungkus rapi
ditanganku. Aku melihatnya dan menatap matanya “ Selamat ulang tahun ya, semoga
tambah segalanya, sukses kerjanya dan tercapai semua keinginanmu.” Sepenggal
untaian do’aku mengiringi bertambahnya usia Daru, aku tak tau apa yang
kurasakan, aku merasa sangat canggung untuk menatap matanya. “ Terimakasih ya,
udah nyiapin ini semua buat aku, sebenernya diucapin aja udah cukup kok tapi
terimakasih ya kadonya.”. hatiku terasa sejuk saat mendengarkan untaian kata
yang manis dari mulut daru, goresan senyuman hangat daru membuatku semakin tak
sanggup kehilangannya.
Aku
pulang dengan perasaan yang sangat bahagia, akhirnya aku bisa menghabiskan
malam dengan daru. Alhamdulillah Tuhan menyatukan aku dan Daru lagi, tepat
diusianya 19 tahun. Daru baru menyadari betapa besarnya rasaku terhadapnya,
mungkin tuhan mengajarkanku untuk lebih sabar dengan hasil yang seperti ini,
yang sangat tidak pernah ku sangka, 05
juli 2014 dia datang bagaikan hujan yang membasahi ladang yang sedang sekarat
menanti kematian. Tiba-tiba perasaan yang hampir 2 tahun lebih ini kupendam
seketika muncul kembali, seperti ada yang menghidupkan rasaku yang hampir mati.
Ya tuhan inikah jawaban atas do’aku, aku tersenyum lebar, kutemukan kembali
kebahagiaan yang telah lama hilang dan pudar seiring bergantinya waktu. Saat
ini aku tak bisa mengungkapkan bagaimana bahagianya hatiku, aku kembali bersama
sosok laki-laki yang sangat aku sayangi.
“ Takdir Cinta yang menuntunmu Kembali Padaku “, satu
kata yang pertama kali ku ucapkan kepada Daru. Hari terus berganti berbeda
dengan hariku sebelumnya, tak pernah ada tangis dalam hariku, mataku tak lagi
sembab karena Daru, yang aku tau hanya ada senyum kebahagian disetiap hariku.
Tapi ada sedikit konflik di tengah-tengah kebahagiaanku itu. Saat malam
takbiran aku , Daru dan teman-teman sudah merencanakan untuk pergi bersama,
tapi saat aku baru sampai ditempat teman-temanku berkumpul, aku melihat sosok
wanita yang pernah ada dihati Daru, yaitu Anggun, kenapa harus ada anggun
disini. Apa maksut semua ini ? “ aku mau pulang, aku gak ikut aja.” Aku hanya
mengucapkan itu lalu aku pergi disuatu tempat, tanpa ada senyum di hadapan
Daru. “ Kamu dimana ? kamu kenapa kok tiba-tiba pergi kayak gitu ? ada apa ? “
Daru mengirimiku sms seperti itu, aku hanya gak menyangka kenapa ada Anggun. “
Aku gapapa, kamu pergi aja sama anak-anak, toh ada mantanmu juga. Aku takutnya
ganggu kamu.” Jawabku.
Setalah
aku mengirim sms itu daru datang menghampiri aku, aku hanya memalingkan muka
dan menyembunyikan mukaku yang terlihat sangat kecewa. “ Maaf yang, aku gak tau
kalau ada dia, aku juga gak tau apa maksut anak-anak ngajak dia, sumpah aku gak
bermaksut bikin kamu kecewa dan nangis kayak gini, maafin aku.” Itu kata-kata
yang diucapkan Daru kepadaku, tapi tak sepatah katapun ku keluarkan dari
mulutku yang terlanjur terbungkam. “Ayo lah yang, kita gak usah anggap dia ada,
kita pergi sama anak-anak aja gak usah sama dia, ayo yang.”. daru terus
membujukku untuk pergi. “ kamu itu gak tau rasanya jadi aku, kamu tau aku gak
suka sama anggun, kenapa kita dipertemukan terus di ajak pergi bareng,
seharusnya kalian mikir, udah aku gak ikut,”. Jawabku dengan nada yang sangat
kesal. Jelas saja aku kesal dan menangis, aku merasa anak-anak mengingatkan
daru kembali ke masa lalunya. Akhirnya anak-anak pergi sendiri tanpa aku dan
Daru. Akhirnya aku dan daru
memutuskan untuk pergi berdua tanpa teman-teman lainnya, awalnya aku masih
kesal dengan kejadian malam ini, tapi tak tau mengapa Daru akhirnya mampu juga
meluluhkan hatiku. Kata maaf yang terus terucap tentu saja membuatku akhirnya
luluh, ucapan lembut dari mulutnya pun tak kan membuatku tetap angkuh. Akhirnya
malam takbiran ini terlewatkan dengan sedikit kekecewaan yang hampir tak
terlihat, aku sangat menikmati malam ini bersama daru walaupun hanya berdua
tidak dengan teman yang lainnya seperti rencana di awal.
Hingga
suatu masalah melanda hubunganku, sampai membuat daru hampir memutuskan
hubungan kita. Berawal dari ulahku sendiri memang, aku terlalu menyepelakan
Daru. Saat daru sedang bekerja, kebetulan Uzy seseorang yang pernah dekat
denganku mengajakku untuk keluar, sekedar membeli jus bersamaku, awalnya aku
hendak menolak ajakannya, tapi aku berfikir jika hanya sekedar teman pasti Daru
juga tidak akan marah. Lalu aku pergi bersama uzy, saat pulang tanpa kusadari
Daru melihatku dengan Uzy. Daru langsung datang kerumahku dan marah-marah.
Jelas saja Daru menilaiku seorang wanita yang matre, Uzi yang terbilang lebih
tampan dari Daru dan mempunyai motor Ninja 4 tak pasti saja semua wanita tak
kan menolak ajakan uzy. Hingga akhirnya aku dan Daru terlibat pertengkaran yang
sangat besar, Daru tak sedikitpun mendengarkan penjelasanku. Tapi akhirnya
Daru memaafkanku dengan segala usahaku memohon padanya. Alhamdulillah ya
sesuatu :D J
Tapi semenjak kejadian itu, aku
merasa ada yang berbeda disikap Daru padaku, aku merasa dia semakin menjauh ,
menjauh dalam arti perhatian yang diberikan padaku seakan berkurang. Aku merasa
semua ini sangat tidak nyaman, pernah berfikir untuk bertanya pada Daru, tapi
aku takut dia salah pengertian dengan pertanyaanku. Awalnya aku tetap bersikap
biasa pada Daru tentang perubahannya, aku berfikir dengan salah satu ucapannya
disaat kami bertengkar dulu, “aku ngeliat kamu pergi sama cowok lain aja,
sayangku ke kamu udah ilang, jadi gak usah kayak gini lagi.”. aku terdiam dan
berfikir, apa mungkin rasa sayang dia ke aku sudah benar-benar hilang, sampai
dia berubah sangat drastis seperti ini ? semoga saja tidak.
Tiba-tiba ada masalah besar yang
lagi-lagi menerpa hubunganku, ada salah satu wanita, entah itu siapa aku pun
sampai detik ini tidak mengetahuinya. Dia mengirim sms padaku yang berisi “ ini
ayu ya, pacarnya daru ? udah deh tinggalin aja daru, dia itu udah gak sayang
kamu, dia itu masih sayang sama anggun, bukan kamu, dia pacaran sama kamu juga
terpaksa.” Aku gak tau apa maksut semua itu, sampai aku bertanya ke Daru, tapi
tidak seperti yang ku bayangkan , dia malah marah-marah padaku dan berkata
bahwa aku ini hanya bisa marah dan curiga pada daru, menurutku wanita manapun
jika ada masalah seperti ini pasti saja curiga, bukan hanya aku. Tapi
kenyataannya malah sebaliknya.
Hingga kata-kata yang tak pernah ku harapkan
terucap kembali, setelah pertengkaran hebat kami. Daru langsung datang
kerumahku, dia kelihatan kesal dan marah sekali kepadaku, dia mengajakku keluar
dan bicara empat mata di depan rumah “ sekarang mau kamu gimana ? “ Tanya daru terhadapku. “ aku gak mau
gimana-gimana , aku Cuma pengen kamu jelasin apa maksud semua ini ?.” aku hanya
menunduk dan tak sedikitpun menatap daru. “ jadi intinya kamu gak pernah
percaya kan sama aku, kamu selalu nuduh aku dan mincing masalah supaya kita
berantem. Udah aku capek, kita udahan aja, aku capek berantem terus. Maaf aku
kayak gini, aku sebenrnya sayang kamu, tapi jujur aku capek berantem.” Daru
langsung saja meninggalkanku tanpa senyum sedikitpun. Tanpa kata hujan deras
membasahi pipiku, dadaku sesak seakan tak dapat menghela nafas, mengapa
kejadian ini terulang lagi, dan lagi-lagi aku ditinggalkan oleh orang yang
sangat sangat aku sayangi. L
Rintik
hujan seakan menjadi teman disaat gelap menyelimuti.Disaat aku terfokus pada
suatu hal yang membuatku bimbang, rasa sakit yang kesekian kalinya kau
tancapkan dalam relung hatiku yang sudah sangat rapuh karenamu.Dinginnya angin
malam berhembus pelan menyapu lekuk wajah senduku.Aku tak menghiraukan seberapa
menggigilnya aku saat ini, orang yang aku inginkan menghangatkan hatiku, kini
telah pergi dan hanya menyisakan puing kehancuran dalam hatiku.Aku mendongak
menatap kelamnya langit malam.Gelap !! Ya hanya gelap, sama seperti hatiku saat
ini. Aku tersenyum miris, kurasakan mataku memanas dan mengeluarkan tetes demi
tetes cairan bening, saksi kepedihan hatiku yang kian membara.
Entah sudah berapa tetes air mata yang ku keluarkan, aku
tak peduli !Hatiku terlanjur perih.Ketegaran yang telah kubangun, runtuh dalam
hitungan detik. Aku bahkan tak mampu menopang beban tubuhku sendiri saat
kata-kata itu terucap dari mulutmu , dari mulut yang ku tahu tak pernah
berdusta dihadapanku. Aku menekuk kedua lututku dan menenggelamkan wajahku.
Menangis…hanya menangis yang mampu kulakukan, jangankan untuk berucap dan
mencegahmu pergi, untuk membuka matapun aku tak kuasa, aku tau aku tak kan
pernah bisa merelakanmu pergi meninggalkan jutaan kenangan yang telah kita
rajut selama ini, tetes demi tetes cairan bening itu mengalir semakin deras
disela-sela kelopak mataku yang terpejam, walaupun aku tau semua itu tak kan
membuat cintaku kembali.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat di saat kita tertawa
bersama
Ceritakan semua tentang kita
Ceritakan semua tentang kita
Sepenggal lirik lagu yang menjadi favorit sekaligus teman
setiaku saat ini, setelah seberkas cahaya itu menghilang, seberkas cahaya yang
selalu temani aku dalam suasana apapun dan dalam keadaan bagaimanapun diriku,
yang aku tahu hanya dia yang selalu ada untukku.Tapi itu dulu, sebelum badai
besar melanda hubungan kami dan akhirnya hancur.
Hingga detik ini aku masih
mempertahankan hatiku untuk daru, walaupun aku tak tau akhirnya aku akan
kembali dengannya atau tidak. Yang pasti aku masih ingin bertahan seperti dua
tahun yang lalu, aku masih ingin menunggunya kembali bersamaku, melewati setiap
hari bersama. “ Aku kan tetap menunggu
hingga batas sang waktu tak lagi berputar. Sampai denyut nadi terhenti ku tetap
selalu menanti seisi hatiku untukmu. “. Penggalan lirik itu menjadi
motivasi bagiku untuk tetap mempertahankan rasa yang selama ini aku perjuangkan
untuk daru. Dan yang pasti tidak ada kata lelah untuk menyayangi seseorang yang
selalu membuat hati dan hidup kita bahagia J.
1 Komentar untuk "Seberkas Cahaya Yang Hilang"
jasa tukang taman
jasa tukang taman
jasa tukang taman
jasa tukang taman
jasa tukang taman vertikal vertical garden
forum indonesia
jasa tukang taman
like