Pilihan Tuhan Memang Yang Terbaik
Fadhil Khairi Mutha
Saat aku makan malam di restoran
bersama teman-temanku kuingat dengan jelas masa kecilku 10 tahun yang lalu.
Masa kecil yang penuh dengan warna kehidupan mulai dari cobaan , hambatan ,
keterbatasan dan tentu ada juga kebahagiaan yang turut mewarnainya. Semua
tercampur aduk di masa itu.
Pertama saat kedua kakiku menginjak
halaman Taman Kanan-kanak. Yang masih kuingat saat itu ialah rasa bahagia. Yang
aku lakukan waktu itu hanyalah bermain, menggambar, bernyanyi dan bergembira.
Aku juga senang sekali jika menggambar dengan mengunakan batang pohon pisang
yang dipotong. Kehidupanku di taman kanak-kanak juga tidak luput dari pilihan
tuhan. “Hey, main ke sawah yuk”, panggi temanku Yusron. “Ayo!!” saut aku. Kami
berduapun pergi ke sawah pada waktu istirahat (Sekolah kami memang dekat dengan
persawahan). Sialnya disana ada seorang petani yang paling ditakuti seluruh temanku
termasuk aku. Petani itu terkenal sikapnya yang pemarah dan tidak berpikir
panjang. Tanpa pikir panjang petani itu melemparkan sabitnya kearahku (mungkin
karena aku telah merusak tanamannya). Menurut kawan aku terkena sabitnya tidak?
Pilihan tuhan memang terbaik yaitu menyelamatkanku dengan bantuan
pohon.Lemparan sabit itu mengenai pohon dengan tepat. Jika tidak ada pohon itu
di belakangku mungkin akau tidak akan bisa menulis cerita ini. Sampai di kelas
aku menangis tak henti-hentinya dan guru pun mengajakku pulang ke rumah.
Menginjak masa Sekolah Dasar aku juga
mempunyai banyak pengalaman yang tak terlupakan. Saat itu kuingat terdapat 3 SD
yang tidak jauh dari tempat-tinggalku. Aku tidak mempunyai pilihan khusus untuk
sekolah karena saat itu belum tahu apa-apa. Ibuku memilih SD yang kalau diukur
menurut segi jarak memang yang paling jauh dibanding 2 SD yang lain. Namun
pilihan tuhan memang yang terbaik yaitu SD yang dipilih ibuku waktu itu
terkenal memiliki guru dan siswa-siswa yang sabar dan rajin. Salah satu guruku
itu merupakan tetangga sebelah rumanku yaitu guru IPA. Guru itu bernama
Hartini, seorang janda yang memiliki 2 anak laki-laki. Ibuku sering berbincang
bincang saat waktu sore hari dengan guru IPA-ku . Aku sering sekali mendengar
guru IPA-ku menceritakan keseharianku di
sekolah dengan ibuku. Sekali lagi pihan tuhan memang terbaik. Waktu itu saat
malam hari sebelum Ujian Nasional mata Pelajaran IPA Bu Hartini secara khusus
datang kerumahku dan memberi pengajaran tambahan kepadaku. Usut punya usut
alasan bu Hartini sebnarnya bukan untuk mengajariku secara khusus namun hanya
mau mengembalikan panci yang dipinjamnya dari ibuku. Saat melihatku belajar
dengan keras Bu Hartini mungkin salut kepadaku dan mendekatiku “Wahh, Besok
Ujiannya IPA, kamu harus belajar sungguh-sungguh saat ini. Sini ibu bantu
sedikit soal yang sulit, Mana? ”, Tanya Bu Hartini. Senangnya hatiku karena
saat hasil ujian bukan hanya nilai Matematika dan Bahasa Indonesia saja yang
baik namun nilai IPA-ku menjadi nilai tertinggi se-kelas. Walau hanya tingkat
kelas aku tetap merasa senang.
Masa SMP menjadi masa-masa yang
sangat berharga bagiku walau pasti kawan akan menyangka masa SMP nanti ini akan
terasa menyedihkan. Waktu itu aku sudah mempunyai pilihan sekolah mana yang aku
inginkan yaitu SMP negeri. Walau biaya SPP mungkin lebih mahal daripada sekolah
negeri lain aku tetap memutuskan untuk besekolah disitu. Aku mengikuti
pelajaran dengan sungguh-sungguh . Saat itu aku juga telah di khitan (Sunat)
dan sebagai kebudayaan yang mengakar didaerahku orang tuaku membelikanku sebuah
ponsel. Senangnya hatiku telah mempunyai ponsel sendiri padahal aku yakin orang
tuaku sedikit membanting tulang untuk membelikan ponsel yang cukup mahal itu.
Kelas 8 menjadi masa-masa suramku yang dipenuhi dengan kemalasan dan
kebohongan. Aku mulai mengenal dunia maya dan menyalahgunakannya untuk kegiatan
yang merusak moralku yaitu dengan melihat hal-hal yang seharusnya dilihat oleh
seseorang yang sudah dewasa. Hatiku dipenui dengan kekhawatiran yang besar. Pulsa
yang seharusnya untuk berkomunikasi malah kusalahgunakan dan akupun menjadi
seorang pemboros. Namun Tuhan ternyata memberikan Pilihan terbaiknya lagi.
Kelas sembilan 9 menjadi masa perbaikanku dari Kelas 8. Aku mulai meninggalkan
dunia kelamku dan tidak ingin terperosok kedalam jurang yang sama lagi.
Ternyata ada sisi baiknya juga yaitu aku malah merasa bosan jika melihat
hal-hal seperti itu. Jadi tidak ada rasa tertarik lagi untuk melakukan hal
seperti itu. Mungkin jika aku tidak melakukan hal buruk seperti itu rasa ingin
tahuku akan terus mengendalikanku menuju hal-hal yang tidak baik.
SMA atau SMK ? Saat itu aku masih
ragu-ragu untuk meneruskan pendidikanku setelah SMP. Aku berpikir jika aku
masuk SMA maka aku juga harus mengenyam perkuliahan yang pastinya membutuhkan
pengeluaran yang tidak sedikit, namun jika aku memilih SMK aku akan jarang lagi
bertemu dengan teman-teman baikku karena mereka semua telah memutuskan untuk
melanjutkan ke SMA. Setelah berpikir panjang aku memilih SMK. Pikirku jika aku
memilih SMK aku dapat menerukan ke jenjang perguruan tinggi atau bisa juga
langsung terjun di dunia kerja. Karena di SMK aku mengenal guru-guru yang beda
dari sebelum-sebelumnya saat aku masih di SMP. Guru yang mengajarkan pola
berfikir siap kerja dan dengan dilandasi dengan sikap dan keterampilan yang
baik pula.
Dalam masa SMK aku juga mengenal
dunia Blogger. Blogger merupakan sarana untuk mengekspresikan pikiran kita
kedalam dunia internet. Aku lalu mencoba untuk belajar seluk beluk tentang
blogger, tips-tips blogger dan cara menghasilkan uang dari blogger. Yang
dulunya saat waktu diluar pelajaran aku gunakan untuk bermain game kini mulai
berubah dengan kegiatan blogger.
Aku mulai dengan menulis
artikel-artikel yang sekiranya dapat berguna untuk para pembaca di internet.
Lama-kelaman kegiatan menulis di internet ini seakan menjadi kewajibanku. Namun
tanggapan pedas menghantamku yaitu dari orang tuaku sendiri “Kenapa kamu
menghabiskan sia-sia waktu berjam-jam di depan komputer?” tanya orang tuaku.
Aku lalu menjelaskan dengan rinci mengenai hobiku yang baru ini. Namun orang
tuaku masih belum setuju akan hobiku yang dirasa tidak ada gunanya untuk
pendidikan.
Lalu aku bertemu dengan seorang guru
dalam dunia blogger yang dia merupakan kenalan dari teman dekatku. Aku mulai
memiliki cita-cita untuk menghasilkan selembar uang lewat blogger. “Apa mungkin
ya?”tanya dalam hatiku. Aku memantabkan tekad untuk kembali menulis
artikel-artikel yang telah diajarkan oleh guru bloggerku. Sedikit demi sedikit
aku telah merasakan hasil dari kerja kerasku. Setelah beberapa tahun aku
bersyukur karena dari hasil blogger aku dapat membayar kuliah dan kost dengan
uangku sendiri. Orang tuaku merasa senang karena yang dulu mereka pikir hobiku
yang hanya membuang waktu saja ternyata malah menjadi suatu hobi yang
menghasilkan.
Setelah selesai dengan makan malam ,
kami langsung menuju kost kami bersiap-siapmasuk kuliah untuk besok siang.
Selesai.
0 Komentar untuk "Pilihan Tuhan Memang Terbaik"