Tekaje 123

Artikel belajar,Trik,dan Ilmu Pengetahuan.

Pilihan Tuhan Memang Terbaik



Pilihan Tuhan Memang Yang Terbaik

Fadhil Khairi Mutha


Saat aku makan malam di restoran bersama teman-temanku kuingat dengan jelas masa kecilku 10 tahun yang lalu. Masa kecil yang penuh dengan warna kehidupan mulai dari cobaan , hambatan , keterbatasan dan tentu ada juga kebahagiaan yang turut mewarnainya. Semua tercampur aduk di masa itu.
Pertama saat kedua kakiku menginjak halaman Taman Kanan-kanak. Yang masih kuingat saat itu ialah rasa bahagia. Yang aku lakukan waktu itu hanyalah bermain, menggambar, bernyanyi dan bergembira. Aku juga senang sekali jika menggambar dengan mengunakan batang pohon pisang yang dipotong. Kehidupanku di taman kanak-kanak juga tidak luput dari pilihan tuhan. “Hey, main ke sawah yuk”, panggi temanku Yusron. “Ayo!!” saut aku. Kami berduapun pergi ke sawah pada waktu istirahat (Sekolah kami memang dekat dengan persawahan). Sialnya disana ada seorang petani yang paling ditakuti seluruh temanku termasuk aku. Petani itu terkenal sikapnya yang pemarah dan tidak berpikir panjang. Tanpa pikir panjang petani itu melemparkan sabitnya kearahku (mungkin karena aku telah merusak tanamannya). Menurut kawan aku terkena sabitnya tidak? Pilihan tuhan memang terbaik yaitu menyelamatkanku dengan bantuan pohon.Lemparan sabit itu mengenai pohon dengan tepat. Jika tidak ada pohon itu di belakangku mungkin akau tidak akan bisa menulis cerita ini. Sampai di kelas aku menangis tak henti-hentinya dan guru pun mengajakku pulang ke rumah. 
Menginjak masa Sekolah Dasar aku juga mempunyai banyak pengalaman yang tak terlupakan. Saat itu kuingat terdapat 3 SD yang tidak jauh dari tempat-tinggalku. Aku tidak mempunyai pilihan khusus untuk sekolah karena saat itu belum tahu apa-apa. Ibuku memilih SD yang kalau diukur menurut segi jarak memang yang paling jauh dibanding 2 SD yang lain. Namun pilihan tuhan memang yang terbaik yaitu SD yang dipilih ibuku waktu itu terkenal memiliki guru dan siswa-siswa yang sabar dan rajin. Salah satu guruku itu merupakan tetangga sebelah rumanku yaitu guru IPA. Guru itu bernama Hartini, seorang janda yang memiliki 2 anak laki-laki. Ibuku sering berbincang bincang saat waktu sore hari dengan guru IPA-ku . Aku sering sekali mendengar guru IPA-ku  menceritakan keseharianku di sekolah dengan ibuku. Sekali lagi pihan tuhan memang terbaik. Waktu itu saat malam hari sebelum Ujian Nasional mata Pelajaran IPA Bu Hartini secara khusus datang kerumahku dan memberi pengajaran tambahan kepadaku. Usut punya usut alasan bu Hartini sebnarnya bukan untuk mengajariku secara khusus namun hanya mau mengembalikan panci yang dipinjamnya dari ibuku. Saat melihatku belajar dengan keras Bu Hartini mungkin salut kepadaku dan mendekatiku “Wahh, Besok Ujiannya IPA, kamu harus belajar sungguh-sungguh saat ini. Sini ibu bantu sedikit soal yang sulit, Mana? ”, Tanya Bu Hartini. Senangnya hatiku karena saat hasil ujian bukan hanya nilai Matematika dan Bahasa Indonesia saja yang baik namun nilai IPA-ku menjadi nilai tertinggi se-kelas. Walau hanya tingkat kelas aku tetap merasa senang.
Masa SMP menjadi masa-masa yang sangat berharga bagiku walau pasti kawan akan menyangka masa SMP nanti ini akan terasa menyedihkan. Waktu itu aku sudah mempunyai pilihan sekolah mana yang aku inginkan yaitu SMP negeri. Walau biaya SPP mungkin lebih mahal daripada sekolah negeri lain aku tetap memutuskan untuk besekolah disitu. Aku mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh . Saat itu aku juga telah di khitan (Sunat) dan sebagai kebudayaan yang mengakar didaerahku orang tuaku membelikanku sebuah ponsel. Senangnya hatiku telah mempunyai ponsel sendiri padahal aku yakin orang tuaku sedikit membanting tulang untuk membelikan ponsel yang cukup mahal itu. Kelas 8 menjadi masa-masa suramku yang dipenuhi dengan kemalasan dan kebohongan. Aku mulai mengenal dunia maya dan menyalahgunakannya untuk kegiatan yang merusak moralku yaitu dengan melihat hal-hal yang seharusnya dilihat oleh seseorang yang sudah dewasa. Hatiku dipenui dengan kekhawatiran yang besar. Pulsa yang seharusnya untuk berkomunikasi malah kusalahgunakan dan akupun menjadi seorang pemboros. Namun Tuhan ternyata memberikan Pilihan terbaiknya lagi. Kelas sembilan 9 menjadi masa perbaikanku dari Kelas 8. Aku mulai meninggalkan dunia kelamku dan tidak ingin terperosok kedalam jurang yang sama lagi. Ternyata ada sisi baiknya juga yaitu aku malah merasa bosan jika melihat hal-hal seperti itu. Jadi tidak ada rasa tertarik lagi untuk melakukan hal seperti itu. Mungkin jika aku tidak melakukan hal buruk seperti itu rasa ingin tahuku akan terus mengendalikanku menuju hal-hal yang tidak baik.
SMA atau SMK ? Saat itu aku masih ragu-ragu untuk meneruskan pendidikanku setelah SMP. Aku berpikir jika aku masuk SMA maka aku juga harus mengenyam perkuliahan yang pastinya membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit, namun jika aku memilih SMK aku akan jarang lagi bertemu dengan teman-teman baikku karena mereka semua telah memutuskan untuk melanjutkan ke SMA. Setelah berpikir panjang aku memilih SMK. Pikirku jika aku memilih SMK aku dapat menerukan ke jenjang perguruan tinggi atau bisa juga langsung terjun di dunia kerja. Karena di SMK aku mengenal guru-guru yang beda dari sebelum-sebelumnya saat aku masih di SMP. Guru yang mengajarkan pola berfikir siap kerja dan dengan dilandasi dengan sikap dan keterampilan yang baik pula.
Dalam masa SMK aku juga mengenal dunia Blogger. Blogger merupakan sarana untuk mengekspresikan pikiran kita kedalam dunia internet. Aku lalu mencoba untuk belajar seluk beluk tentang blogger, tips-tips blogger dan cara menghasilkan uang dari blogger. Yang dulunya saat waktu diluar pelajaran aku gunakan untuk bermain game kini mulai berubah dengan kegiatan blogger.
Aku mulai dengan menulis artikel-artikel yang sekiranya dapat berguna untuk para pembaca di internet. Lama-kelaman kegiatan menulis di internet ini seakan menjadi kewajibanku. Namun tanggapan pedas menghantamku yaitu dari orang tuaku sendiri “Kenapa kamu menghabiskan sia-sia waktu berjam-jam di depan komputer?” tanya orang tuaku. Aku lalu menjelaskan dengan rinci mengenai hobiku yang baru ini. Namun orang tuaku masih belum setuju akan hobiku yang dirasa tidak ada gunanya untuk pendidikan.
Lalu aku bertemu dengan seorang guru dalam dunia blogger yang dia merupakan kenalan dari teman dekatku. Aku mulai memiliki cita-cita untuk menghasilkan selembar uang lewat blogger. “Apa mungkin ya?”tanya dalam hatiku. Aku memantabkan tekad untuk kembali menulis artikel-artikel yang telah diajarkan oleh guru bloggerku. Sedikit demi sedikit aku telah merasakan hasil dari kerja kerasku. Setelah beberapa tahun aku bersyukur karena dari hasil blogger aku dapat membayar kuliah dan kost dengan uangku sendiri. Orang tuaku merasa senang karena yang dulu mereka pikir hobiku yang hanya membuang waktu saja ternyata malah menjadi suatu hobi yang menghasilkan. 
Setelah selesai dengan makan malam , kami langsung menuju kost kami bersiap-siapmasuk  kuliah untuk besok siang.

Selesai.
0 Komentar untuk "Pilihan Tuhan Memang Terbaik"

 
Copyright © 2014 - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info