Tekaje 123

Artikel belajar,Trik,dan Ilmu Pengetahuan.

Meraih Cita-cita



 Meraih Cita-cita

Umi Sholikatun

Santi, seorang remaja berusia 18 tahun berasal dari keluarga sederhana berusaha untuk mewujudkan cita-citanya agar orangtuanya bangga dengannya. Santi adalah remaja yang rajin, sopan, dan baik hati. Santi merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Santi lulus SMA dengan nilai yang lumayan bagus, ia ingin sekali melanjutkan sekolah keperguruan tinggi setelah lulus dari SMA, tetapi kedua orang tuanya belum mampu membiayai. Ayahnya hanya bekerja sebagai perantau sedangkan ibunya hanya membuka warung kecil-kecilan.
            Dikamarnya, Santi menangis sedih dalam kesendirian, ia menginginkan agar kondisi ekonomi keluarganya meningkat dan membantu kedua orang tuanya mencari uang, tetapi disisi lain ia ingin melanjutkan sekolah seperti teman-temannya yang lain. Tetapi ia lebih mementingkan kepentingan keluarganya daripada kepentingan dirinya sendiri. Ia juga ingin membantu orang tuanya dalam mengurus adik-adiknya sekolah. Saat Santi menangis tersedu-sedu, tiba-tiba ibunya datang kekamarnya.
            “ Santi, apa kamu sudah tidur nak? ” Tanya ibu Santi.
            “ Belum bu.. “ (Santipun mengusap air matanya) jawab Santi.
            “ Kenapa dengan matamu nak? Sepertinya kamu sedang menangis. “ (ibu manatap Santi).
            “ Santi.. Santi..Santi tidak apa-apa bu..“ (Sambil memeluk ibunya) .
            “ Ibu tahu apa yang sedang kamu pikirkan nak, sabar ya.. ibu akan berusaha mencari uang lebih banyak lagi supaya kamu bisa meneruskan sekolah lagi, seperti yang kamucita-citakan “. Kata ibunya.
            “ Tidak bu, Santi tidak ingin menyusahkan ibu dan bapak , Santi akan mengurung semua cita-cita Santi dan akan membantu ibu dan bapak mencari uang “. Katanya.
            “ Jangan nak, cita-citamu itu benar, kamu pasti bisa meraih cita-citamu, ibu dan bapak selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan juga adik-adikmu, kamu jangan mengurungkan niat baikmu nak. Ibu dan bapak akan berusaha lebih keras lagi “. Yakin ibunya.
            “ Terima Kasih untuk semuanya bu.. “. (Kembali memeluk ibunya ) Kata Santi.
Hari demi hari kesedihan Santi semakin berkurang, ia selalu membantu ibunya berjualan diwarung, kadang ia harus berkeliling kampung untuk berjualan gorengan. Kadang, ia harus bertemu dengan temannya saat disekolah dulu. Dalam hati, ia merasa iri dengan temannya karena bisa meneruskan keperguruan tinggi. Tetapi, ia selalu meyakinkan dirinya sendiri agar tetap sabar dan tidak iri terhadap orang lain. Keesokanharinya, ia meminta izin ibunya untuk mencari pekerjaan. Santi sudah melamar pekerjaan di beberapa perusahaan, tetapi tidak ada yang mau menerimanya dengan alasan karena ia hanya lulusan SMA. Ia merasa sangat sedih sekali, tetapi ia tidakakan menyerah karena bulat tekadnya untuk bisa melanjutkan sekolah keperguruan tinggi dan juga membantu kedua orang tua beserta adik-adiknya. Ia melihat seorang penjualkoran dipinggiran jalan, lalu ia menghampirinya.
            “ Selamat siang pak “. Salam Santi
            “ Mau beli koran apa neng ? “. Tanya si penjual koran.
            “ Tidak pak, saya Santi, saya mau tanya apa saya bisa bekerja untuk bapak dengan menjualkan koran ? “. Tanyanya.
            “ Maaf neng, saya hanya penjual koran kecil tapi kalau eneng mau kerja jualan koran, mendingan neng datang ke alamat ini  “. (Sambil menunjukkan alamat) jelas si penjual koran.
            “ Terima Kasih banyak pak, kalau begitu saya permisi dulu “. Pamit Santi.
            Setelah itu, Santi langsung menuju alamat itu dengan mengendarai motor ayahnya yang tua itu. Setelah sampai ke alamat tersebut, ia menawarkan diri untuk menjadi penjual koran. Ternyata, dia diterima bekerja dan ia bisa langsung kerja keesokan harinya. Santi sangat gembira dan tidak sabar untuk mengatakan hal tersebut kepada ibunya.
Keesokan harinya, ia bekerja menjadi penjual koran keliling, ia bekerja dengan hati yang gembira. Setelah berjualan koran ia membantu ibunya berjualan diwarung dan sore harinya berjualan gorengan. Walaupun sekarang ia mempunyai pekerjaan yang sudah cukup lumayan tetapi ia masih ingin mempunyai pekerjaan yang lebih baik. Setelah selesai berjualan koran santi melamar pekerjaan ke beberapa perusahan lagi. Setelah itu ia harus berjualan gorengan lagi untuk membantu ibunya.
“Ya Allah, rasanya capek sekali, tapi aku harus melakukan semua ini. Aku harus berusaha lebih giat lagi untuk membahagiakan keluargaku “.  Gumamnya dalam hati.
Malam hari, Santi belajar dengan membaca buku. Walaupun sudah tidak bersekolah, ia selalu membaca buku dan juga belajar untuk menambah ilmunya. Tiba-tiba telepon berdering.
“ Hallo, Assalamualaikum.. “. Salam Santi.
“ Wa’alaikumsalam.. kami dari perusahaan Maju Jaya, apa benar ini dengan Santi ?. Tanya wakil perusahaan tersebut.
“ Ya, ini dengan Santi, saya sendiri “. Jawabnya.
“ Besok Anda diundang untuk datang ke perusahaan Maju Jaya untuk melakukan interview ”.
“ Ya..ya.. saya pasti datang “. Jawabnya.
“ Terima kasih “.
Santi sangat senang sekali mendengar kabar tersebut, lalu ia langsung menghampiri ibunya untuk member tahu kabar baik tersebut.
            Pagi-pagi sekali ia sudah bersiap-siap untuk melakukan interview. Ia berpamitan kepada ibunya, setelah berpamitan ia berangkat dengan hati yang gembira tetapi juga takut karena gugup. Interview sudah dimulai, ia menunggu panggilan untuk interview. Setelah selesai interview, ia langsung pulang untuk berjualan gorengan seperti kegiatan yang dilakukannya sehari-hari. Ia selalu bimbang dan gelisah memikirkan hasil dari interview.
            Beberapa hari kemudian, ia mendapat telepon dri perusahaan Maju Jaya. Ternyata ia diterima bekerja diperusahaan tersebut. Ia merasa sangat bahagia, lalu ia segera mengatakan hal tersebut kepada ibunya, dan ia menelpon ayahnya untuk memberitahukan kabar baik tersebut kepada ayahnya yang sedang merantau.
            Hari, minggu, bulan... ia bekerja diperusahaan dengan sangat baik, ia mendapat respon yang baik dari para senior-seniornya. Pucuk dicinta, ulampun tiba, keinginan yang diinginkan Santi dari dulu akhirnya bisa tercapai. Karena ia bekerja dengan rajin dan sangat baik,  ia ditawarkan untuk melanjutkan sekolah di suatu universitas yang akan dibiayai oleh perusahaan. Seketika, ia merasa kaget dan tidak bisa berkata apa-apa, karena ia merasa senang dan tidak percaya dengan hal itu. Ia hanya bisa mengangguk sebagai tanda menerima tawaran tersebut. Ia mengucapkan ucapan terima kasih kepada perusahaan, karena telah mempercayainya. Setelah pulang, ia langsung menemui ibunya untuk memberi tahu tawaran kuliah tadi. Ibunya juga sangat bahagia dengan kabar baik tersebut, karena cita-cita anaknya bisa tercapai.
            Dimalam hari, ibunya masih menjaga warung, Santi menemani adiknya belajar sambil membaca buku. Tetapi tiba-tiba ada suara salam, ternyata itu adalah suara ayahnya yang baru pulang dari Jakarta. Santi dan adik-adiknya merasa senang, karena ayah yang sudah lama dirindukan mereka akhirnya pulang. Tidak lama kemudian, ibunya pulang dari warung yang berada didekat rumahnya. Keluarga yang sederhana itu akhirnya sudah lengkap sekarang.
            Santi melanjutkan kuliah disuatu universitas, ia memilih jadwal kuliah pada malam hari agar pada pagi harinya ia bisa bekerja. Beberapa tahun telah dilaluinya, sekarang ia sudah lulus kuliah dengan nilai yang memuaskan. Diperusahaan, ia juga naik jabatan sebagai manager. Kini, kesuksesan telah diraihnya, ia merasa sangat bahagia karena mendapat nikmat dari sang Khalik atas kerja kerasnya. Tetapi, ia tidak lupa bersyukur kepada sang Khalik.
Beberapa tahun kemudian, ia diangkat sebagai wakil direktur. Ia bekerja dengan sangat baik, sehingga membantu perusahaannya menjadi lebih maju. Sekarang, ia membantu mengurus keuangan keluarganya. Sekarang keluarganya menjadi keluarga yang berkecukupan dan juga bahagia. Tetapi, mereka tidak lupa dengan asal-usulnya, selalu membantu orang yang sedang membutuhkan, dan juga tidak lupa untuk selalu menjalankan perintah dan larangan dari sang Khalik. Kini, Santi dan keluarganya sudah hidup bahagia, atas kerja keras dan buah dari kesabaran mereka. Akhirnya, keluarga mereka hidup bahagia..
0 Komentar untuk " Meraih Cita-cita"

 
Copyright © 2014 - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info