Tekaje 123

Artikel belajar,Trik,dan Ilmu Pengetahuan.

Kasih ibu sepanjang Belanda



Kasih Ibu Sepanjang Belanda 

Rahvi Nazal


Hariyanto, remaja yang baru saja lulus dari bangku SMA sedang pusing-pusing mencari universitas yang cocok buat dia. Orangtuanya berseteru jurusan apa yang cocok untuk anak mereka, apakah jurusan Dokter spesialis kandungan atau Jurnalistik? Itu masih sebuah misteri. Akhirnya orangtua Hariyanto mengumpulkan warga sekitar rumahnya, karena kebetulan orang tua Hariyanto adalah ketua RW. Warga RW disuruh memilih dimanakah Hariyanto akan meneruskan pendidikannya. “Saudara saudara harap antri untuk memasuki bilik TPS yang sudah tersedia!” kata papa Hariyanto. “Ma, ini kok rempong banget ya cuma gara-gara bingung milih fakultas kok malah kayak pemilu gini” gerutu Hariyanto. “Gapapa lah Har, ini kan juga buat kebaikan kamu, lagian RW kita kan RW demokratis” kata mama Hariyanto. Pemungutan suara sudah dihitung, dan ternyata suara terbanyak menyatakan bahwa Hariyanto harus melanjutkan pendidikannya di jurusan Dokter spesialis Kandungan seperti yang diharapkan oleh papanya. “Nah, warga sudah meimilih apa jurusan yang Hariyanto harus lanjutin ma. Tapi Universitas mana ya ma yang cocok?” tanya papa Hariyanto. “Gini aja pa, gimana kalo kita suruh Hariyanto ngelanjutin pendidikan di Belanda aja? Biar dia latihan mandiri juga”. Akhirnya Mama dan Papa Hariyanto setuju kalau anak mereka akan ngelanjutin kuliah di belanda. “Ke Belanda?!” seru Hariyanto. “Iya Har, biar kamu juga latihan mandiri jauh dari mama sama papa” kata Mama Hariyanto. “Ya tapi kan ga harus di luar negeri juga kan ma. Apalagi di belanda jauh banget loh”. Keputusan mama hariyanto sudah ga bisa di ganggu gugat lagi. Mau berbuat apalagi? Hariyanto juga harus nurut sama orangtuanya kalo ga mau jadi batu. Hariyanto percaya kalau anak durhaka bkala dikutuk mama nya jadi batu, karena semasa kecilnya hariyanto sering diancam sama mama nya.
H-7 dari keberangkatan Hariyanto ke belanda, dia lagi main sama temen temennya. Hariyanto ga tau mau ngomong apa ke temen temennya yang hampir tiap hari mengisi hari-harinya, khususnya si Karen, gebetan Hariyanto yang udah pdkt selama 3 bulan. Karen dan Hariyanto sebenarnya sudah sama sama suka, tapi Hariyanto ga berani nembak Karen entah kenapa alasanya, kejantanannya masih diragukan. Sepulang main Hariyanto browsing tentang universitas yang akan dia masuki. University of Amsterdam, itu yang dipilih Hariyanto untuk melanjutkan pendidikannya di Belanda. Hari selanjutnya, Hariyanto mengajak Bertus, teman hitamnya yang berasal dari indonesia timur, untuk mendengarkan curhatannya. “Ber, gw harus ngelanjutin kuliah ke Amsterdam nih. Gw gatau harus ngomong apa sama Karen.” Tanya Hariyanto. “Santai Har, gw bisa bantuin gimana caranya lo pamit sama si Karen kalo lo mau ke Belanda tanpa bikin cemas Karen. Percaya sama Bertus!” kata orang hitam itu. Akhirnya Hariyanto mendapat saran apa yang harus dia bilang ke Karen saat dia mau pergi ke Belanda. Hariyanto sudah bersiap siap dan mengemasi barang barangnya dan siap terbang ke Belanda. Karen, gebetannya ikut nganterin si Hariyanto ke bandara. Setelah melakukan saran Bertus, Hariyanto ngomong ke Karen kalau dia mau ke belanda selama 2 minggu untuk trial terlebih dulu. Karen bisa menerima kepergian Hariyanto ke Belanda, dan Hariyanto ga cemas lagi.
Sesampainya di belanda, Hariyanto bigung mau ngomong apa karena satu satunya bahasa belanda yang Hariyanto tau cuma “Je sterft” yang artinya “Mati kau!”, didapatnya saat menonton si pitung yang lagi bunuh belanda dengan bambu runcingnya sambil teriak “Je Sterft!”. Akhirnya Hariyanto sempat mikir kalo dia harus pake bahasa tubuh, tapi dia sadar kalo dia bakal kayak Tarzan yang nyasar di Belanda. Pilihan terakhir Hariyanto yaitu pake bahasa Inggris internasional, walaupun ga teralu bisa ngomongnya. Hariyanto mampir ke foodcourt deket bandara, disana dia ketemu sama mahasiswa asal Indonesia, Dovi. “Orang Indonesia ya?” tanya si Dovi. “Iya nih. Lo juga ya? Kenalin gw Hariyanto” sahut Hariyanto. “Gw Dovi”. Setelah keliling Amsterdam bareng Dovi, Hariyanto pulang ke flat yang baru dia sewa di Amsterdam.
Keesokan harinya Hariyanto mulai kuliah di University of Amsterdam. Di Hari pertama trial, dia dan mahasiswa lainnya yang beda jurusan masuk di kelas yang diampu sama guru yang terkenal galak, Sally Dickson. “Write your name on a paper and I give you 30 seconds. If you cant on time I will cut your points from your raport!” kata Mrs. Sally. “Ha-Ri-Yan-Tu” kata Mrs. Sally. “No its Ha-Ri-Yan-To” kata Hariyanto. “It’s like Ajinomoto” kata orang jepang yang duduk didepan Hariyanto. “So it’s Harimoto? Harimoto, what will you study here?” kata Sally. “I will study Galenical and be a Uterus Doctor mam” jawab si Hariyanto. Muka Mrs. Sally kelihatan yakin kalau Hariyanto emang cocok jadi dokter kandungan karena tampang Hariyanto kelihatan cocok.
Saat jam pulang kuliah, Hariyanto keliling kampus dan bertemu pria asal Ceko yang tingginya sekitar 1 setengah kali lebih tinggi dari dia. “Hey are you new here? I’m new here.” Kata pria tinggi itu. “Yeah im new here. My name is Hariyanto.” Kata Hariyanto. “Hey Hariyanto!” jawabnya orang ceko itu. “Hey you can spell my name as well. People in here so difficult to spell my name. And what your name?” kata si Hariy. “My name is Perek” kata pria itu. Dengan muka kaget karena nama pria itu yang aneh si Hariyanto bertanya tanya “Why your name is Perek?”. “Because I born as Perek” (artinya: Aku terlahir sebagai perek) “My mom give me that name” kata pria itu. “Sorry, but your name is weird for me.” Kata Hari. “Yeah I know that bro” kata Perek.
Hariyanto dan Perek jadi sahabat baik sejak waktu itu. Saat jalan jalan keliling Amsterdam, tiba tiba hp Hari bergetar. Tanpa Hari sadari, ada 19 missed call, 27 SMS dari mama Hariyanto. Sesampainya di flat, Hariyanto membalas telepon dari mamanya itu. “Maaf ma tadi aku lagi sibuk lagi gabisa di ganggu” kata Hari. “Masak mama ganggu sebentar ga boleh har. Mama kangen tauk!” kata mamanya dengan nada keras. “Ya ampun ma, baru 3 hari aja udah kangen” kata hariyanto. “ya kan kamu anak mama yang paling cerewet kalo di rumah. Rumah sepi ga ada kamu har.” Kata mamanya dengan nada yang menurun dari sebelumnya. “Iya iya ma, seminggu lagi Hari juga balik kok ma. Udah dulu ya ma Hari lagi sibuk.” Tiba tiba Hariyanto matiin hpnya dan tidur berslimut tebal.
Keesokan harinya, hari minggu. Hariyanto mulai ingin mencari pekerjaan sampingan untuk menambah uang jatah bulanannya. Dari restoran, percetakan, toko toko sudah Hariyanto masuki tapi tidak ada lowongan di sana. Akhirnya Hariyanto menelpon mamanya untuk minta uang tambahan karena uang jatahnya udah mulai hampir habis.”Halo. ma, uang bulanan aku udah hampir habis nih, soalnya buat bayar listrik di flat sama bayar uang sewa flat yang dadakan. Mama bisa ngirimin lagi ga?” kata Hariyanto. Mamanya menjawab “kamu nih nelpon cuma pas lagi butuh aja. Gatau ya mama lagi nunggu telpon dari kamu buat nyeritain pengalaman kamu disana?”. “Iya ma tau. Tapi kan Hari lagi sibuk soal materi materi di trial.” Kata Hari. “Sibuk sih sibuk tapi jangan lupa sama mama dong. Ohh iya papa kamu nitip kaos ketek yang ada kata kata belandanya Har.” Kata mamanya. “Iya mau beli pake apa? Jatah bulanannya aja udah mau habis.” Kata Hari. Mamanya jawab “Iya iya nanti mama kirim 800 euro lagi.”. “Yaudah makasih ma.” Hariyanto menutup hpnya dan mengaktifkan mode silent.
Keesokan harinya, Hariyanto dan mahasiswa trial lain menjalani tur ke museum seni di Belanda. Saat di bus, Hariyanto melihat hpnya, dan ada 15 missed call dari mamanya. Tapi Hariyanto menghiraukannya. Saat perjalanan hp Hariyanto berdering. Tidak lain lagi itu adalah mamanya. Hariyanto tetep aja menghiraukannya. “Eh har, itu telepon dari mama kamu kok ga kamu jawab?” kata Perek yang duduk di sebelahnya (sudah di terjemahkan dalam bahasa indonesia). “Ga papa kok lagi males aja.” Kata Hariyanto.
Sesampainya di museum, Hariyanto dan Perek keliling bareng sambil menikmati benda-benda di museum. Tapi bapak tua yang lagi narsis pake tongsis mengalihkan pandangan dari kedua remaja tersebut. “Eh har, itu kayak kakek kakek lagi akil baligh ya? Haha!” kata Perek. “Iya, kamu bener. Jangan jangan habis narsis dia upload fotonya ke instagram terus pake caption ‘narsis dulu di museum, #likeforlike’ gitu mungkin haha!” kata Hari. Lalu setelah itu mereka lanjut keliling kelilingnya.
Entah mengapa tiba tiba pandangan Perek terfokus ke lukisan seorang wanita tua yang duduk di kursi. “Heh bro, lo ngapain serius gitu sih? Lo ngerasa lukisannya teriak teriak sama lo ‘eh perek aku ini mama kamu yang ngasi nama perek ke kamu’ gitu ya?” kata Hari. “Aku keinget mama aku har, aku kangen mama aku.” Kata Perek. “Oh ya telepon aja mama kamu. Emang mama kamu sibuk ya?” tanya Hari. “Mama aku udah pergi har. Udah pergi jauh di surga. Kamu beruntung har masih bisa ketemu sama mama kamu yang masih hidup.” Kata perek dengan mata berkaca kaca. Dengan merasa bersalah Hariyanto memeluk Perek yang tengah bersedih. Tiba-tiba Hariyanto lari keluar museum dan menelpon mamanya yang ada di Indonesia.
Hariyanto sadar, sebenarnya gangguan dari mamanya adalah gangguan terindah yang pernah Hariyanto rasakan. Hariyanto beruntung masih memiliki seorang ibu yang perhatian seperti mamanya. Sebenarnya gangguan ibu kita adalah gangguan terindah yang pernah kita rasain selama hidup kita.


                                                                                                                        Rahvi Nazal

0 Komentar untuk "Kasih ibu sepanjang Belanda"

 
Copyright © 2014 - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info