Kasih Ibu Sepanjang Belanda
Rahvi Nazal
Hariyanto,
remaja yang baru saja lulus dari bangku SMA sedang pusing-pusing mencari
universitas yang cocok buat dia. Orangtuanya berseteru jurusan apa yang cocok
untuk anak mereka, apakah jurusan Dokter spesialis kandungan atau Jurnalistik?
Itu masih sebuah misteri. Akhirnya orangtua Hariyanto mengumpulkan warga
sekitar rumahnya, karena kebetulan orang tua Hariyanto adalah ketua RW. Warga
RW disuruh memilih dimanakah Hariyanto akan meneruskan pendidikannya. “Saudara
saudara harap antri untuk memasuki bilik TPS yang sudah tersedia!” kata papa
Hariyanto. “Ma, ini kok rempong banget ya cuma gara-gara bingung milih fakultas
kok malah kayak pemilu gini” gerutu Hariyanto. “Gapapa lah Har, ini kan juga
buat kebaikan kamu, lagian RW kita kan RW demokratis” kata mama Hariyanto.
Pemungutan suara sudah dihitung, dan ternyata suara terbanyak menyatakan bahwa
Hariyanto harus melanjutkan pendidikannya di jurusan Dokter spesialis Kandungan
seperti yang diharapkan oleh papanya. “Nah, warga sudah meimilih apa jurusan
yang Hariyanto harus lanjutin ma. Tapi Universitas mana ya ma yang cocok?”
tanya papa Hariyanto. “Gini aja pa, gimana kalo kita suruh Hariyanto
ngelanjutin pendidikan di Belanda aja? Biar dia latihan mandiri juga”. Akhirnya
Mama dan Papa Hariyanto setuju kalau anak mereka akan ngelanjutin kuliah di
belanda. “Ke Belanda?!” seru Hariyanto. “Iya Har, biar kamu juga latihan
mandiri jauh dari mama sama papa” kata Mama Hariyanto. “Ya tapi kan ga harus di
luar negeri juga kan ma. Apalagi di belanda jauh banget loh”. Keputusan mama
hariyanto sudah ga bisa di ganggu gugat lagi. Mau berbuat apalagi? Hariyanto
juga harus nurut sama orangtuanya kalo ga mau jadi batu. Hariyanto percaya
kalau anak durhaka bkala dikutuk mama nya jadi batu, karena semasa kecilnya
hariyanto sering diancam sama mama nya.
H-7
dari keberangkatan Hariyanto ke belanda, dia lagi main sama temen temennya.
Hariyanto ga tau mau ngomong apa ke temen temennya yang hampir tiap hari
mengisi hari-harinya, khususnya si Karen, gebetan Hariyanto yang udah pdkt
selama 3 bulan. Karen dan Hariyanto sebenarnya sudah sama sama suka, tapi
Hariyanto ga berani nembak Karen entah kenapa alasanya, kejantanannya masih
diragukan. Sepulang main Hariyanto browsing tentang universitas yang akan dia
masuki. University of Amsterdam, itu yang dipilih Hariyanto untuk melanjutkan
pendidikannya di Belanda. Hari selanjutnya, Hariyanto mengajak Bertus, teman
hitamnya yang berasal dari indonesia timur, untuk mendengarkan curhatannya.
“Ber, gw harus ngelanjutin kuliah ke Amsterdam nih. Gw gatau harus ngomong apa
sama Karen.” Tanya Hariyanto. “Santai Har, gw bisa bantuin gimana caranya lo
pamit sama si Karen kalo lo mau ke Belanda tanpa bikin cemas Karen. Percaya
sama Bertus!” kata orang hitam itu. Akhirnya Hariyanto mendapat saran apa yang
harus dia bilang ke Karen saat dia mau pergi ke Belanda. Hariyanto sudah
bersiap siap dan mengemasi barang barangnya dan siap terbang ke Belanda. Karen,
gebetannya ikut nganterin si Hariyanto ke bandara. Setelah melakukan saran
Bertus, Hariyanto ngomong ke Karen kalau dia mau ke belanda selama 2 minggu
untuk trial terlebih dulu. Karen bisa menerima kepergian Hariyanto ke Belanda,
dan Hariyanto ga cemas lagi.
Sesampainya
di belanda, Hariyanto bigung mau ngomong apa karena satu satunya bahasa belanda
yang Hariyanto tau cuma “Je sterft” yang artinya “Mati kau!”, didapatnya saat
menonton si pitung yang lagi bunuh belanda dengan bambu runcingnya sambil
teriak “Je Sterft!”. Akhirnya Hariyanto sempat mikir kalo dia harus pake bahasa
tubuh, tapi dia sadar kalo dia bakal kayak Tarzan yang nyasar di Belanda. Pilihan
terakhir Hariyanto yaitu pake bahasa Inggris internasional, walaupun ga teralu
bisa ngomongnya. Hariyanto mampir ke foodcourt deket bandara, disana dia ketemu
sama mahasiswa asal Indonesia, Dovi. “Orang Indonesia ya?” tanya si Dovi. “Iya
nih. Lo juga ya? Kenalin gw Hariyanto” sahut Hariyanto. “Gw Dovi”. Setelah
keliling Amsterdam bareng Dovi, Hariyanto pulang ke flat yang baru dia sewa di
Amsterdam.
Keesokan
harinya Hariyanto mulai kuliah di University of Amsterdam. Di Hari pertama
trial, dia dan mahasiswa lainnya yang beda jurusan masuk di kelas yang diampu
sama guru yang terkenal galak, Sally Dickson. “Write your name on a paper and I
give you 30 seconds. If you cant on time I will cut your points from your
raport!” kata Mrs. Sally. “Ha-Ri-Yan-Tu” kata Mrs. Sally. “No its Ha-Ri-Yan-To”
kata Hariyanto. “It’s like Ajinomoto” kata orang jepang yang duduk didepan
Hariyanto. “So it’s Harimoto? Harimoto, what will you study here?” kata Sally.
“I will study Galenical and be a Uterus Doctor mam” jawab si Hariyanto. Muka
Mrs. Sally kelihatan yakin kalau Hariyanto emang cocok jadi dokter kandungan
karena tampang Hariyanto kelihatan cocok.
Saat
jam pulang kuliah, Hariyanto keliling kampus dan bertemu pria asal Ceko yang
tingginya sekitar 1 setengah kali lebih tinggi dari dia. “Hey are you new here?
I’m new here.” Kata pria tinggi itu. “Yeah im new here. My name is Hariyanto.”
Kata Hariyanto. “Hey Hariyanto!” jawabnya orang ceko itu. “Hey you can spell my
name as well. People in here so difficult to spell my name. And what your
name?” kata si Hariy. “My name is Perek” kata pria itu. Dengan muka kaget
karena nama pria itu yang aneh si Hariyanto bertanya tanya “Why your name is
Perek?”. “Because I born as Perek” (artinya: Aku terlahir sebagai perek) “My
mom give me that name” kata pria itu. “Sorry, but your name is weird for me.”
Kata Hari. “Yeah I know that bro” kata Perek.
Hariyanto
dan Perek jadi sahabat baik sejak waktu itu. Saat jalan jalan keliling
Amsterdam, tiba tiba hp Hari bergetar. Tanpa Hari sadari, ada 19 missed call, 27 SMS dari mama Hariyanto.
Sesampainya di flat, Hariyanto membalas telepon dari mamanya itu. “Maaf ma tadi
aku lagi sibuk lagi gabisa di ganggu” kata Hari. “Masak mama ganggu sebentar ga
boleh har. Mama kangen tauk!” kata mamanya dengan nada keras. “Ya ampun ma,
baru 3 hari aja udah kangen” kata hariyanto. “ya kan kamu anak mama yang paling
cerewet kalo di rumah. Rumah sepi ga ada kamu har.” Kata mamanya dengan nada
yang menurun dari sebelumnya. “Iya iya ma, seminggu lagi Hari juga balik kok
ma. Udah dulu ya ma Hari lagi sibuk.” Tiba tiba Hariyanto matiin hpnya dan
tidur berslimut tebal.
Keesokan
harinya, hari minggu. Hariyanto mulai ingin mencari pekerjaan sampingan untuk
menambah uang jatah bulanannya. Dari restoran, percetakan, toko toko sudah
Hariyanto masuki tapi tidak ada lowongan di sana. Akhirnya Hariyanto menelpon
mamanya untuk minta uang tambahan karena uang jatahnya udah mulai hampir
habis.”Halo. ma, uang bulanan aku udah hampir habis nih, soalnya buat bayar
listrik di flat sama bayar uang sewa flat yang dadakan. Mama bisa ngirimin lagi
ga?” kata Hariyanto. Mamanya menjawab “kamu nih nelpon cuma pas lagi butuh aja.
Gatau ya mama lagi nunggu telpon dari kamu buat nyeritain pengalaman kamu
disana?”. “Iya ma tau. Tapi kan Hari lagi sibuk soal materi materi di trial.”
Kata Hari. “Sibuk sih sibuk tapi jangan lupa sama mama dong. Ohh iya papa kamu
nitip kaos ketek yang ada kata kata belandanya Har.” Kata mamanya. “Iya mau
beli pake apa? Jatah bulanannya aja udah mau habis.” Kata Hari. Mamanya jawab
“Iya iya nanti mama kirim 800 euro lagi.”. “Yaudah makasih ma.” Hariyanto
menutup hpnya dan mengaktifkan mode silent.
Keesokan
harinya, Hariyanto dan mahasiswa trial lain menjalani tur ke museum seni di
Belanda. Saat di bus, Hariyanto melihat hpnya, dan ada 15 missed call dari
mamanya. Tapi Hariyanto menghiraukannya. Saat perjalanan hp Hariyanto berdering.
Tidak lain lagi itu adalah mamanya. Hariyanto tetep aja menghiraukannya. “Eh
har, itu telepon dari mama kamu kok ga kamu jawab?” kata Perek yang duduk di
sebelahnya (sudah di terjemahkan dalam bahasa indonesia). “Ga papa kok lagi
males aja.” Kata Hariyanto.
Sesampainya
di museum, Hariyanto dan Perek keliling bareng sambil menikmati benda-benda di
museum. Tapi bapak tua yang lagi narsis pake tongsis mengalihkan pandangan dari
kedua remaja tersebut. “Eh har, itu kayak kakek kakek lagi akil baligh ya?
Haha!” kata Perek. “Iya, kamu bener. Jangan jangan habis narsis dia upload
fotonya ke instagram terus pake caption ‘narsis dulu di museum, #likeforlike’
gitu mungkin haha!” kata Hari. Lalu setelah itu mereka lanjut keliling
kelilingnya.
Entah
mengapa tiba tiba pandangan Perek terfokus ke lukisan seorang wanita tua yang
duduk di kursi. “Heh bro, lo ngapain serius gitu sih? Lo ngerasa lukisannya teriak
teriak sama lo ‘eh perek aku ini mama kamu yang ngasi nama perek ke kamu’ gitu
ya?” kata Hari. “Aku keinget mama aku har, aku kangen mama aku.” Kata Perek.
“Oh ya telepon aja mama kamu. Emang mama kamu sibuk ya?” tanya Hari. “Mama aku
udah pergi har. Udah pergi jauh di surga. Kamu beruntung har masih bisa ketemu
sama mama kamu yang masih hidup.” Kata perek dengan mata berkaca kaca. Dengan
merasa bersalah Hariyanto memeluk Perek yang tengah bersedih. Tiba-tiba
Hariyanto lari keluar museum dan menelpon mamanya yang ada di Indonesia.
Hariyanto
sadar, sebenarnya gangguan dari mamanya adalah gangguan terindah yang pernah Hariyanto
rasakan. Hariyanto beruntung masih memiliki seorang ibu yang perhatian seperti
mamanya. Sebenarnya gangguan ibu kita adalah gangguan terindah yang pernah kita
rasain selama hidup kita.
Rahvi
Nazal
0 Komentar untuk "Kasih ibu sepanjang Belanda"